REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat, hingga November 2025, menjamin lebih dari 600 juta rekening nasabah. Dengan penjaminan tersebut, LPS mencatat saat ini total aset sudah menembus Rp 272,09 triliun.
“Saat ini yang kami jamin jumlahnya ada 660 juta rekening. Sekitar 250 juta (di antaranya) mungkin satu orang punya tiga rekening. Sedangkan kami mencatat, 51 juta penduduk Indonesia belum memiliki rekening,” ungkap Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Anggito Abimanyu saat menghadiri acara Munas MUI di Hotel Mercure Ancol, Jakarta Utara, Jumat (21/11/2025).
Jumlah rekening yang dijamin oleh LPS tersebut bertambah 49,8 juta rekening, atau meningkat sekitar 8,2 persen dibandingkan total rekening pada awal tahun (Januari 2025) sebanyak 610,2 juta rekening.
“Aset LPS terus bertumbuh, sekarang jumlahnya adalah Rp 272 triliun,” ungkapnya.
Dana tersebut mayoritas atau 92,75 persen ditempatkan di Surat Berharga Negara/Surat Berharga Syariah Negara (SBN/SBSN) atau investasi sebesar Rp 252,37 triliun. Sebanyak Rp 17,49 persen ditempatkan sebagai kas dan piutang.
Kemudian, aset tetap dan aset tidak berwujud sejumlah Rp 0,31 triliun. Untuk aset Program Restrukturisasi Perbankan (PRP) sebesar Rp 1,33 triliun, dan aset lainnya yakni Rp 0,59 triliun.
“Oleh LPS dana tersebut ditempatkan di SBN/SBSN, setiap tahun kami memperoleh sekitar Rp 30 triliun,” tuturnya.
Anggito menekankan, dana tersebut dipakai untuk menjamin simpanan nasabah. Dan hanya sebagian kecil saja yang digunakan untuk operasional, seperti program-program pemberdayaan umat.
“Kami melakukan alokasi untuk program pemberdayaan umat, termasuk kepada kepada MUI. Kami sudah ada program, setiap kali musyawarah atau pertemuan, kami bisa membantu,” ujarnya.
Sejalan dengan jumlah aset yang dijamin oleh LPS tersebut, Anggito menerangkan, saving ratioIndonesia masih perlu untuk terus ditingkatkan. Indonesia saving ratio di bank umum per September 2025 mencatatkan, Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 9.763 triliun atau sekitar 41 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang sebesar Rp 23.348 triliun.
“Pertumbuhan DPK industri perbankan relatif stabil. Kenaikan DPK industri perbankan didorong oleh giro, sementara kenaikan DPK bank umum syariah (BUS) ditopang oleh produk deposito,” tuturnya.