REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi masih terus tertekan, seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dinilai tidak bakal mencapai target sepanjang tahun 2025 sebesar 5,2 persen. Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup menguat tipis 11 poin atau 0,07 persen menuju level Rp 16.690 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat (7/11/2025).
Rupiah menyentuh posisi Rp 16.717 per dolar AS pada perdagangan Rabu (5/11/2025), yang merupakan level terendah dalam lebih dari satu bulan terakhir.
Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi memprediksi, untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.690—Rp 16.740 per dolar AS.
“Pelambatan laju perekonomian pada kuartal III 2025 yang realisasinya hanya 5,04 persen semakin memperberat posisi pemerintah untuk mengejar target pertumbuhan tahunan di angka 5,2 persen,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Jumat (7/11/2025).
Ia menerangkan, menurut perhitungan secara akumulatif, untuk mencapai angka pertumbuhan 5,2 persen, pemerintah perlu mengejar target pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2025 di angka 5,77—5,8 persen. Sementara proyeksi pemerintah saat ini, kuartal IV 2025 hanya tumbuh di angka 5,5 persen.
“Hal itu berarti, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 hanya akan berada di kisaran 5,13 persen. Meski simulasinya jauh lebih baik 2024 yang hanya tumbuh di angka 5,03 persen, secara tren pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2025 di angka 5,5 persen, apalagi 5,77 persen sangat jarang bisa dicapai,” terangnya.
Ia melanjutkan, selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2025 tidak pernah mencapai angka 5,5 persen. Apalagi dengan kondisi ekonomi 2025, yang selain ditopang dukungan dari stimulus pemerintah, nyaris tidak ada momentum politik atau ekonomi dalam skala besar yang bisa membawa ekonomi Indonesia tumbuh 5,5 persen pada kuartal IV 2025.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi kuartal IV dari tahun 2015—2024 hanya di kisaran 4,3 persen. Nilai rata-rata ini memperhitungkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2020 yang terkontraksi 2,19 persen akibat pandemi Covid-19.