REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Pertamina Patra Niaga menyampaikan bahwa kargo bahan bakar minyak (BBM) yang diimpor untuk badan usaha pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta masih menunggu kesepakatan hasil negosiasi.
“(Untuk badan usaha) masih menunggu final (negosiasi). Kalau kargo pesanan Pertamina sudah sesuai jadwal,” ujar Pj Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga, Roberth MV Dumatubun, ketika dihubungi dari Jakarta, Senin (14/10/2025).
Roberth menyampaikan, hingga saat ini pihaknya masih bernegosiasi dengan PT Vivo Energy Indonesia (Vivo) dan PT Aneka Petroindo Raya (APR)–AKR Corporindo Tbk, pengelola SPBU BP. Ketiga perusahaan tersebut sebelumnya telah sepakat menindaklanjuti kerja sama impor BBM ke tahap pembicaraan yang lebih teknis.
“Beberapa badan usaha swasta sudah dalam tahap negosiasi dengan syarat dan ketentuan yang disampaikan. Kami coba bantu dari sisi penyediaannya,” kata Roberth.
Ia menjelaskan, tahap selanjutnya dari pembahasan kerja sama impor BBM adalah kesepakatan mengenai dokumen pernyataan dalam rangka menjaga good corporate governance (GCG) dan kepatuhan regulasi, seperti pernyataan antimonopoli, pencegahan pencucian uang, serta antisuap.
Setelah tercapai kesepakatan antara badan usaha swasta mengenai pemenang pengadaan, akan dibahas aspek komersial dan dilakukan inspeksi bersama.
“Selanjutnya, tahap akhir adalah pengiriman kargo yang sudah disepakati sekitar pekan ketiga Oktober,” ujar Roberth.
Roberth menegaskan, proses tersebut berjalan berdasarkan kesepakatan tiga badan usaha swasta itu, sebab pengiriman kargo dilakukan dalam satu pengadaan yang sama dan tidak terpisah.
Di sisi lain, Exxon dan Shell belum dapat melanjutkan pembicaraan. Shell masih perlu berkoordinasi dengan kantor pusat, sementara Exxon akan berdiskusi untuk kebutuhan November karena masih memiliki stok yang memadai.