Senin 22 Sep 2025 15:30 WIB

Cadangan Nikel GAG Mampu Penuhi Kebutuhan Hilirisasi Nasional

GAG Nikel berkontribusi besar pada produksi nikel nasional

Pekerja mengolah forenikel di smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Harita Nickel, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Selasa (16/9/2025). Harita Nickel memiliki tiga smelter dengan 16 lini produksi yang menghasilkan feronikel untuk industri baja nirkarat.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Pekerja mengolah forenikel di smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) Harita Nickel, Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Selasa (16/9/2025). Harita Nickel memiliki tiga smelter dengan 16 lini produksi yang menghasilkan feronikel untuk industri baja nirkarat.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menilai cadangan nikel di wilayah GAG, Papua Barat Daya, memiliki potensi penting dalam mendukung program hilirisasi industri nikel nasional. Ketua Umum IAGI, Budi Santoso, menyebutkan secara umum proyek penambangan yang sudah beroperasi mestinya memenuhi kelayakan teknis, keekonomian, lingkungan, dan sosial.

“Cadangan PT GAG bersama yang lainnya akan memberikan kontribusi bagi inventarisasi cadangan nikel nasional sebagai modal penyediaan bahan baku penting dalam rantai nilai hilirisasi,” ujar Budi dalam keterangan tertulis.

Ia menjelaskan, pemanfaatan cadangan nikel di wilayah sensitif seperti GAG menghadapi tantangan teknis, keekonomian, lingkungan, dan sosial. Namun, tantangan ini mestinya sudah terlingkupi melalui dokumen studi kelayakan (FS), Amdal, izin lingkungan, dan dokumen pendukung lainnya.

“Mendapatkan dan mengelola social license to operate juga jadi krusial. Penerapan secara ketat dan konsisten dari good mining practices selama beroperasi hingga pasca-operasi akan menjadi kunci keberlanjutan operasi,” jelasnya.

Budi menambahkan, untuk memaksimalkan nilai tambah hilirisasi sekaligus menjaga konservasi cadangan nikel jangka panjang, IAGI merekomendasikan pemerintah, BUMN, dan pelaku industri melakukan inventarisasi sumber daya dan cadangan yang baik dan benar oleh Competent Person Indonesia (CPI) dengan mengacu pada Kode KCMI yang diakui secara internasional.

“Pendetilan karakteristik bijih termasuk by product-nya, baik dari sifat fisik, kadar, dan kandungan unsur kimia, akan memungkinkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya dan cadangan. Dengan begitu, akan ada fleksibilitas dan ketahanan pasokan sesuai kebutuhan pasar dan ketersediaan atau pemilihan teknologi pemrosesan yang digunakan,” kata dia.

Menurut Budi, langkah ini akan memperkuat rantai pasok industri pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, sekaligus mendukung target hilirisasi yang dicanangkan pemerintah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement