Jumat 12 Sep 2025 15:29 WIB

Menkeu Ungkap Kucuran Likuiditas Rp 200 Triliun Masih Bisa Ditambah

Dana untuk meningkatkan likuiditas perbankan tersebut berpotensi untuk ditambah.

Menteri Keuangan Purbaya Yudha Sadewa.
Foto: Republika/Eva Rianti
Menteri Keuangan Purbaya Yudha Sadewa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dana simpanan pemerintah di Bank Indonesia (BI) sebesar Rp 200 triliun dipastikan disalurkan ke bank-bank Himbara pada Jumat (12/9/2025). Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, dana untuk meningkatkan likuiditas perbankan tersebut berpotensi untuk ditambah.

Menkeu mengonfirmasi bahwa Rp 200 triliun dialirkan ke lima bank, yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Syariah Indonesia (BSI). Perincian besaran dana untuk masing-masing bank yaitu Bank Mandiri Rp 55 triliun, BRI Rp 55 triliun, BNI Rp 55 triliun, BTN Rp 25 triliun, dan BSI Rp 10 triliun.

Baca Juga

“Bisa naik, bisa naik (bukan bisa turun). Kalau saya bilang bisa turun lagi stimulusnya enggak jelas nanti. Mereka bank (berpotensi) bilang ‘ah saya enggak pakai karena Anda bentar lagi narik lagi’. Enggak, bisa naik dan bisa naik,” kata Purbaya saat bertandang ke Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jumat (12/9/2025).

Saat ditanya kemungkinan penambahan dana akan dilakukan setelah berapa lama, Purbaya belum bisa memastikan. Namun, ia menekankan, penambahan bisa dilakukan jika memang masih dibutuhkan likuiditas lebih banyak guna mendongkrak pertumbuhan kredit dan ekonomi.

“Kita lihat. Ini kan Rp 200 triliun saya perkirakan gelombang pertama. Tapi kalau ekonomi bisa berjalan dengan baik, likuiditas bertambah, dan ada bantuan dari bank sentral juga, mestinya sih kita enggak akan tambah lagi,” ujarnya.

Ia menambahkan, ketika dalam praktiknya ternyata untuk meningkatkan pertumbuhan kredit perbankan masih membutuhkan likuiditas tambahan, ia tidak segan kembali menggelontorkan dana.

“Kalau masih kurang, kita akan masukkan lagi. Kan yang jadi patokan saya adalah base money atau primary money, ya, dibilangnya M0. Itu yang jadi patokan saya karena itu menggambarkan persis gerakan ekonomi seperti apa yang hubungannya dengan jumlah yang,” terangnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement