REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan UMKM menjadi penopang penting daya beli masyarakat di tengah ketidakpastian global dan dinamika politik dalam negeri. Ia menekankan penguatan ekosistem UMKM perlu terus diperluas agar kelas menengah semakin tangguh menghadapi tekanan ekonomi.
“UMKM ini adalah salah satu kelas menengah di Indonesia. Jadi ini perlu kita pertebal kegiatan-kegiatan yang mendorong kelas menengah, baik dari segi ekosistem, produsen, maupun pipeline. Dalam hal ini pipeline-nya melalui e-commerce, maupun dengan konsumen,” kata Airlangga dalam acara Kick-Off Road to Harbolnas 2025 di Graha Sawala, Gedung Ali Wardhana Kemenko Perekonomian, Senin (8/9/2025).
Ia mengungkapkan indikator ekonomi makro menunjukkan kondisi yang solid. Inflasi terkendali di 2,31 persen, PMI manufaktur naik 1,5 poin, dan indeks konsumen tercatat 1,18 persen. “Investasi relatif masih baik di kuartal II dan tentu menjadi andalan di semester II. Dari segi likuiditas, uang beredar tumbuh dua digit,” ujarnya.
Namun, Airlangga mengingatkan UMKM menghadapi tantangan besar akibat dominasi segelintir platform e-commerce. “Platform e-commerce yang dulu kami harapkan bisa berlaku untuk medium skill platform, sekarang sudah teraglomerasi menjadi tiga sampai empat platform. Platform lain semakin kehilangan kemampuan untuk bersaing, terutama di era AI,” ucapnya.
Ia menegaskan ekonomi digital tetap menjadi pilar pengungkit pertumbuhan. Apalagi ASEAN telah menyepakati Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang akan memperkuat perdagangan intra-ASEAN, termasuk sistem pembayaran digital lintas negara.
“Sekarang QRIS sudah didorong oleh Bank Indonesia, bahkan sudah beyond ASEAN. Jepang pun sudah menerima QRIS. Sehingga ini menjadi salah satu tools untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar,” tutur Airlangga.