REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan bertahan di kisaran 5 persen pada kuartal II 2025, meskipun tekanan global meningkat akibat perang tarif dan konflik geopolitik. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyebut konsumsi masyarakat dan belanja negara menjadi penopang utama.
"KSSK tetap optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2025 akan tetap terjaga," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK III Tahun 2025 di Jakarta, Senin (28/7/2025)
Ia menambahkan, ekonomi dunia masih berada dalam ketidakpastian tinggi. Namun, Indonesia relatif lebih tangguh karena permintaan domestik masih kuat. "Konsumsi rumah tangga dan kinerja APBN tetap menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkapnya.
Menurut Sri Mulyani, upaya menjaga daya beli masyarakat dan menyalurkan stimulus secara tepat sasaran menjadi kunci penting. Pemerintah telah menggelontorkan bantuan sosial, insentif usaha, serta subsidi untuk sektor strategis sejak awal tahun.
Di sisi lain, sektor industri dan ekspor juga masih bergerak positif. Beberapa komoditas unggulan Indonesia tetap dibutuhkan dunia, termasuk nikel, batu bara, dan CPO. Sementara itu, Bank Indonesia menilai inflasi tetap terkendali. Stabilitas nilai tukar rupiah dan cadangan devisa yang kuat turut memperkuat optimisme pertumbuhan.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan berada di kisaran 5 persen secara year-on-year (yoy) pada triwulan II 2025," kata Sri Mulyani.
Pertemuan KSSK digelar secara rutin setiap kuartal untuk mengevaluasi stabilitas sektor keuangan dan menyusun respons kebijakan yang terkoordinasi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan LPS.