REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mulai melakukan pengujian terhadap merek-merek beras premium merespons temuan beras premium oplosan oleh Kementerian Pertanian. Sejauh ini, setidaknya empat merek beras premium telah diuji oleh Disperindag Jateng.
Kepala Bidang Standarisasi dan Perlindungan Konsumen Disperindag Jateng, Devita Ayu, mengungkapkan, baru-baru ini pihaknya telah menindaklanjuti laporan tentang dugaan peredaran beras premium oplosan di Kabupaten Kudus, Grobogan, dan Semarang. Namun setelah dilakukan uji sampel pada produk-produk beras terkait, tak diperoleh bukti pengoplosan.
"Setelah dilakukan pengawasan, pengambilan sampel, kemudian dilakukan uji, tidak ada beras yang dioplos," ucap Devita ketika diwawancara di kantornya, Selasa (22/7/2025).
Dia menjelaskan, terdapat dua merek beras premium yang dicek dan diuji terkait dugaan peredaran beras premium oplosan tersebut, yakni Sania dan Setra Pulen. "Itu ditemukan bahwa kadar beras patah yang seharusnya maksimal 15 persen, itu masih di angka delapan sampai sepuluh persen. Jadi masih masuk kriteria premium," ujarnya.
Selain Sania dan Setra Pulen, Disperindag Jateng juga tengah melakukan uji lab pada dua merek beras premium lainnya, yakni Fortune dan Sovia. "Ini masih dalam proses uji lab. Mungkin dua hari lagi hasil uji labnya kami peroleh dari balai pengujian," kata Devita.
Dia menambahkan, sejauh ini Disperindag di 35 kabupaten/kota se-Jateng belum melaporkan adanya temuan produk beras premium oplosan. "Karena (setelah diuji) kadar beras patahnya itu masih masuk kriteria premium," ucapnya.
Menurut Devita, dalam penyisiran produk-produk beras, Disperindag Jateng dan jajarannya tidak hanya mendatangi pasar tradisional, tapi juga swalayan. Agen dan toko ritel termasuk yang disisir.
Devita mengungkapkan, lembaganya membuka pintu bagi masyarakat yang ingin melapor jika menemukan produk atau merek beras premium oplosan. Hal itu karena Disperindag dipastikan tidak akan mampu jika harus menjangkau seluruh titik di Jateng untuk memeriksa produk beras yang ditengarai hasil pengoplosan.
"Kalau ada laporan kami langsung lakukan pengawasan, langsung ke lokasi kalau ada aduan," ujar Devita.