Kamis 03 Jul 2025 16:30 WIB

Negosiasi Tarif AS, Airlangga Harap Lebih Baik dari Vietnam

Keseriusan Indonesia ditunjukkan lewat MoU dan delegasi ke Washington DC.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri BUMN Erick Thohir saat jumpa pers terkait kredit usaha rakyat (KUR) dan perkembangan perekonomian di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Foto: Muhammad Nursyamsyi/Republika
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri BUMN Erick Thohir saat jumpa pers terkait kredit usaha rakyat (KUR) dan perkembangan perekonomian di kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/7/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berharap dapat mencapai kesepakatan tarif ekspor ke Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dibandingkan Vietnam. Harapan ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, usai rapat koordinasi mengenai Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan perkembangan perekonomian di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/7/2025).

“Kalau Vietnam kan 20—40 persen, tentu kita berharap lebih baik dari itu,” ujar Airlangga.

Baca Juga

Airlangga menyampaikan, hingga kini baru sedikit negara yang telah mencapai kesepakatan tarif resiprokal dengan AS, seperti Inggris dan Vietnam. Sementara itu, lebih dari 100 negara, termasuk Indonesia, masih menjalani proses negosiasi dengan Negeri Paman Sam.

“Tadi dibahas rencana Indonesia terkait pembelian energi dengan nilai total mencapai 15,5 miliar dolar AS. Selain itu juga pembelian barang agrikultur,” ucap Airlangga.

Ia juga menyebut Indonesia menawarkan sejumlah rencana investasi, termasuk melalui BUMN dan Danantara. Rencananya, perusahaan-perusahaan Indonesia akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan mitra perusahaan AS pada 7 Juli 2025.

“Dengan demikian, ini menunjukkan Indonesia Incorporated, di mana pemerintah, regulator, BUMN, dan swasta bersama-sama merespons adanya pengenaan tarif resiprokal,” sambungnya.

Airlangga menyampaikan Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan agar komitmen pembelian terhadap produk AS bersifat jangka panjang. Menurutnya, Indonesia menawarkan pembelian produk AS senilai lebih dari 34 miliar dolar AS—angka yang jauh melebihi defisit neraca perdagangan AS ke Indonesia sebesar 19 miliar dolar AS.

“Jadi sifatnya tidak short term, tetapi bisa long term. Ini istilah Bapak Presiden: Pak-Pok. Jadi itu tujuan dari rapat koordinasi hari ini antara kementerian dan pelaku usaha,” jelasnya.

Airlangga menambahkan, delegasi Indonesia saat ini berada di Washington DC, AS, bersama delegasi dari India, Jepang, Malaysia, dan Uni Eropa. Penawaran pembelian produk AS serta rencana investasi tersebut juga telah disampaikan secara tertulis kepada United States Trade Representative (USTR).

“Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat serius merespons tarif ini. Terkait detailnya, nanti akan diumumkan setelah proses resmi berjalan,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement