REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memproyeksikan angka pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia pada 2025 berada di kisaran 4,8–5,6 persen. Proyeksi tersebut ditargetkan seiring dengan tumbuh dan berkembangnya ekosistem halal yang makin menggeliat di Tanah Air.
“Kinerja ekonomi syariah nasional tetap tumbuh positif dan mendukung perekonomian. Ke depan, ekonomi syariah diperkirakan tumbuh di kisaran 4,8–5,6 persen,” ungkap Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah (DEKS) BI, Imam Hartono, dalam agenda Taklimat Media bertajuk Sinergi Kebijakan Mendorong Ekonomi dan Keuangan Syariah yang Inklusif di Kompleks BI, Jakarta Pusat, Rabu (4/6/2025).
Imam menjelaskan lebih lanjut mengenai kinerja dan prospek ekonomi syariah nasional serta prospek keuangan syariah nasional. Menurutnya, pertumbuhan tersebut ditopang oleh sektor ekosistem halal serta dukungan dari pemerintah.
“Pemulihan ekonomi syariah domestik antara lain didukung oleh sektor unggulan halal value chain yang tumbuh meningkat menjadi 4,0 persen (year on year/yoy) pada 2024, dengan pangsa terhadap PDB meningkat menjadi sebesar 25,45 persen,” jelas Imam.
Sejalan dengan prospek ekonomi syariah nasional, Imam juga menyebutkan bahwa keuangan syariah nasional masih bergerak positif, dengan kinerja perbankan syariah yang tumbuh hampir dua digit sepanjang tahun lalu. Pada 2025, pembiayaan perbankan syariah diprediksi tumbuh di kisaran 8–11 persen.
“Kinerja perbankan syariah tumbuh 9,87 persen pada 2024. Dari sisi keuangan sosial, dukungan pemerintah melalui instrumen cash waqf linked sukuk (CWLS) terus berlanjut, dengan volume mencapai Rp 1,16 triliun dan terus meningkat,” terangnya.
Imam melanjutkan, dalam hal literasi ekonomi syariah nasional, berdasarkan tracking survey ekonomi syariah, indeks literasi ekonomi syariah pada 2024 mencapai 42,84 persen. Angka tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 28,01 persen.
“Target literasi ekonomi syariah nasional tahun 2025 mencapai 50 persen,” ujarnya.