Kamis 15 May 2025 12:25 WIB

Harga Emas Merosot, Pengamat Wanti-Wanti Efek Sementara Gencatan Perang Dagang

Ibrahim mengungkap sejumlah faktor yang membuat harga emas terus merosot.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja menunjukan emas batangan di salah satu gerai emas.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja menunjukan emas batangan di salah satu gerai emas.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menyampaikan tren penurunan harga emas dunia maupun harga emas Antam merupakan hal yang lumrah. Ibrahim mengungkap sejumlah faktor yang membuat harga emas terus merosot dalam beberapa hari terakhir.

"Penurunan ini sangat wajar karena kondisi semua sedang membaik," ujar Ibrahim kepada Republika di Jakarta, Kamis (15/5/2025).

Baca Juga

Ibrahim mengatakan pemangkasan tarif impor AS dan Cina untuk sementara memiliki dampak signifikan bagi kondusivitas ekonomi global. Ibrahim menyebut kunjungan Presiden AS Donald Trump ke sejumlah negara di Timur Tengah juga turut membantu memulihkan kepercayaan pasar global.

Ibrahim menyampaikan realiasi kesepakatan dagang AS dengan Inggris, Jepang, dan Korea Selatan kian meredakan ketegangan ekonomi global. Ibrahim mengatakan situasi tersebut pun turut meningkatkan yield obligasi AS atau tingkat imbal hasil secara signifikan.

"Ini yang membuat investor kembali mengalihkan dananya dari save haven ke pasar modal," ucap Ibrahim.

Ibrahim menyampaikan kondusivitas ekonomi global akan menjadi pertimbangan bagi bank sentral AS untuk menurunkan suku bunga. Ibrahim menyebut bank sentral AS Tengah menanti laporan data PPI dan penjualan ritel yang akan menentukan arah kebijakan suku bunga.

"Kalau PPI-nya sedikit bagus, kemudian penjualan ritelnya juga bagus, bisa saja bank sentral AS ini akan menurunkan suku bunga yang bukan saja tiga kali, kemungkinan besar empat kali dalam tahun ini," lanjut Ibrahim.

Kendati demikian, Ibrahim mengingatkan efek sementara kesepakatan tarif impor selama 90 hari. Ibrahim menyebut harga emas dunia berpotensi meningkat kembali usai berakhirnya penerapan tarif impor sementara tersebut.

"Anggaplah Agusus ini sudah kembali lagi memanas. Artinya hanya tiga bulan masa tenang, setelah itu 30 persen biaya impornya, cukup besar. Di periode pertama yang 10-25 persen saja begitu luar biasa terhadap ekonomi global, apalagi 30 persen," ucap Ibrahim.

Menurut Ibrahim, potensi tersebut dapat benar-benar terjadi jika melihat model kepemimpinan Donald Trump. Ibrahim mengatakan Trump masih memiliki masa jabatan cukup panjang yang didukung mayoritas kongres dari Partai Republik.

"Artinya Trump itu akan lebih aman lagi untuk jabatan di periode kedua ini. Sehingga untuk emas dunia ini masih ada kecondongan bakal mengalami penguatan," kata Ibrahim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement