REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Penjualan global kendaraan listrik dan hibrida plug-in naik 29 persen tahun-ke tahun pada bulan April. Penyumbangnya pertumbuhan yang stabil di China dan Eropa meskipun terjadi ketegangan perdagangan.
“Sementara di Amerika mencatat penurunan pertama sejak September lalu,” kata manajer data Rho Motion Charles Lester Rabu (14/5/2025).
Penjualan kendaraan listrik Eropa dari grup otomotif lama yang berupaya menjual model yang lebih sedikit polusi untuk memenuhi target emisi CO2 UE, mengungguli Tesla.
“Tesla terus kehilangan pangsa pasar menjelang perombakan Model Y yang populer,” kata Charles Lester.
Pembuat kendaraan listrik yang berbasis di China terus meningkatkan penjualan kendaraan listrik bertenaga baterai di dalam negeri sambil menanggapi permintaan yang meningkat untuk hibrida plug-in di luar negeri.
Pembuat mobil global menghadapi tarif impor 25 persen di Amerika Serikat, pasar mobil terbesar kedua di dunia, yang menyebabkan banyak dari mereka menarik prospek mereka untuk tahun 2025.
Sikap Presiden Donald Trump terhadap standar emisi dan ketidakpastian seputar tarif juga menghambat pertumbuhan kendaraan listrik di Amerika Utara. “Kesepakatannya bulan ini dengan Inggris dan China hanya memengaruhi penjualan kendaraan listrik secara marjinal, tetapi merupakan tanda positif bagi industri menjelang pembicaraan potensialnya dengan Korea, Jepang, dan Uni Eropa,” kata Lester.
Data Rho Motion menunjukkan penjualan global kendaraan listrik bertenaga baterai dan hibrida plug-in naik menjadi 1,5 juta pada bulan April, penjualan di China naik 32 persen dari bulan yang sama tahun 2024 menjadi 0,9 juta kendaraan.
Eropa melaporkan peningkatan pendaftaran sebesar 35 persen dari tahun ke tahun menjadi 0,3 juta mobil yang terjual, sementara di Amerika Utara turun 5,6 persen menjadi 0,1 juta.
Di seluruh dunia, penjualan bulan April naik sebesar 50 persen.
"Hibrida bertenaga listrik hampir dua kali lipat tahun ini di seluruh dunia, tetapi alasan utamanya adalah ekspor Tiongkok," kata Lester.
Pemerintah di seluruh dunia mengadopsi kebijakan untuk mendorong adopsi EV, sementara ketegangan perdagangan dan pasar mobil yang melambat dapat menjadi pertanda penutupan pabrik dan hilangnya pekerjaan.
Tiongkok memperpanjang subsidi tukar tambah mobilnya hingga tahun 2025 sebagai bagian dari skema tukar tambah konsumen yang diperluas pada bulan Januari, untuk mencoba mencegah perlambatan penjualan EV sekaligus menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.