Rabu 30 Apr 2025 15:21 WIB

BRI Perkuat Manajemen Risiko untuk Jaga Kualitas Kredit UMKM

Risiko dalam penyaluran kredit bukan hanya soal pemberian dana.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
BRI terus memperkuat langkah mitigasi risiko untuk menjaga kualitas kredit, terutama di sektor UMKM. (ilustrasi)
Foto: Dok. BRI
BRI terus memperkuat langkah mitigasi risiko untuk menjaga kualitas kredit, terutama di sektor UMKM. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus memperkuat langkah mitigasi risiko untuk menjaga kualitas kredit, terutama di sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), di tengah pelemahan daya beli masyarakat dan perlambatan konsumsi rumah tangga. Direktur Utama BRI Hery Gunardi menekankan pentingnya ketepatan proses bisnis dalam menyalurkan kredit.

"Kalau kredit itu yang pasti BRI meyakinkan target segmennya itu benar, prosesnya juga benar, dan kita benar-benar memberikan pembiayaan kepada nasabah yang membutuhkan sesuai dengan kebutuhan yang memang mereka inginkan," ujar Hery saat konferensi pers paparan kinerja keuangan BRI kuartal I 2025 di Jakarta, Rabu (30/4/2025).

 

Hery menyampaikan risiko dalam penyaluran kredit bukan hanya soal pemberian dana, tetapi juga tentang komitmen jangka panjang dalam mendampingi nasabah. Hery mengatakan pekerjaan bankir justru dimulai setelah kredit disalurkan yang mana aspek pemantauan dan pendampingan menjadi kunci agar usaha debitur tetap berjalan dengan sehat.

 

"Begitu kita memberikan kredit, di situ pekerjaan baru mulai. Mesti dimonitor, dikunjungi nasabahnya, dilihat bisnisnya naik atau turun. Kalau bisnisnya turun, bagaimana antisipasinya, apakah perlu restrukturisasi, tapi tidak boleh telat," ucap Hery. 

 

BRI, lanjut Hery, juga berkomitmen mendorong UMKM naik kelas melalui berbagai program pemberdayaan seperti Desa BRIliaN, Klasterku Hidupku, dan Rumah BUMN. Program-program ini tidak hanya menyediakan akses pembiayaan, tetapi juga pelatihan usaha, literasi keuangan, dan pendampingan berkelanjutan.

 

"Melalui program-program tersebut, BRI tidak hanya fokus pada akses pembiayaan, tapi juga bagaimana bisa memberikan pelatihan usaha, literasi keuangan, dan pendampingan sehingga UMKM ini bisa naik kelas," kata Hery. 

 

Direktur Manajemen Risiko BRI Mucharom menyampaikan perseroan secara menyeluruh tengah meninjau kembali kerangka manajemen risiko guna memastikan ketahanan portofolio kredit, khususnya segmen UMKM yang saat ini mencapai Rp 1.126,02 triliun atau 81,9 persen dari total kredit BRI.

 

"Saat ini kita sedang melakukan juga mereview kembali terkait framework risk management. Kita menata kembali organisasi manajemen risiko sebagai balancing dan mengawal teman-teman bisnis UMKM," ucap Mucharom.

 

Menurut Mucharom, BRI memperkuat sejumlah fondasi penting dalam pengelolaan risiko, mulai dari pemetaan ulang pada risiko ritel dan grosir, termasuk risiko digital dan teknologi informasi, hingga kesiapan sumber daya manusia. Dari sisi sistem, sambung Mucharom, BRI meninjau kembali perangkat yang digunakan seperti credit scoring, credit rating, fraud detecting system, dan early warning system agar lebih presisi dalam mengidentifikasi potensi risiko per sektor dan wilayah.

 

"Terkait kredit UMKM yang mencapai sekitar 81,9 persen dari seluruh total portfolio kredit BRI, tentunya kita ingin menjaga kualitas dari pembiayaan di segmen UMKM ini menjadi prioritas utama," kata Mucharom. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement