Rabu 30 Apr 2025 14:21 WIB

Saat Industri Tekstil Melemah, Eva Justru Menjahit Peluang dari Rumah

Eva menyentuh konsumen langsung lewat platform digital.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Eva Frahmawati, founder Nabnib
Foto: Republika/Dian Fath
Eva Frahmawati, founder Nabnib

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah melemahnya industri tekstil nasional yang ditandai dengan penutupan pabrik dan pemutusan hubungan kerja massal, seorang ibu rumah tangga bernama Eva Frahmawati justru menenun harapan baru. Ia tidak mengandalkan mesin besar atau jaringan distribusi konvensional. Ia hanya bermodal satu meja kecil, dua balita, dan tekad yang tak mudah pudar.

Dari rumahnya pada 2017, Eva mendirikan Nabnib brand fesyen muslim perempuan yang kini menjual lebih dari 150 jenis produk dan memiliki lebih dari 85 ribu ulasan positif di platform Shopee. “Shopee itu sangat membantu dalam memberikan materi edukasi dan pelatihan tentang optimasi toko dan iklan, yang kemudian mempercepat perkembangan Nabnib,” ujarnya kepada Republika beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Pada saat sebagian pabrik tekstil harus gulung tikar karena tekanan biaya dan persaingan global, Eva mengambil jalur berbeda dengan langsung menyentuh konsumen lewat platform digital. Ia belajar dari pasar, memodifikasi produk yang sudah ada, dan menjual inner hijab hasil rancangannya kepada tetangga dan komunitas. Pesanan pun datang bergulir.

“Respons lambat di WhatsApp, barang baru dikemas malam hari jam 11 atau 12, lalu dikirim besoknya. Tidur hanya 3–4 jam sehari,” kenangnya. Dengan bantuan suami, ia mulai merekrut pekerja, bahkan lewat flyer yang ditempel di warung dan warteg. Dua karyawan pertama direkrut, dan ruang tamu disulap menjadi gudang sederhana.

Tahun 2018, Eva membuka toko di Shopee. Ia mengikuti pelatihan daring soal foto produk, deskripsi, hingga cara mengelola toko. Pesanan naik, identitas merek dibentuk, dan izin usaha diurus.

“Tahun 2022 keluar NIB (Nomor Induk Berusaha). Lalu mengajukan ke Shopee Mall agar target pasar lebih besar,” tuturnya. Kini, lebih dari 70 persen penjualan Nabnib berasal dari Shopee.

Di balik kesuksesan itu ada sistem manajemen yang rapi, Nabnib juga memiliki SOP rekrutmen yang detail, dari seleksi administrasi hingga tes IQ dan karakter. “Setiap rekrutmen kadang yang masuk ke platform itu bisa sampai 4.000, 4.000, 1.000 orang,” kata Eva.

Ia menekankan pentingnya sistem, bahkan saat baru mempekerjakan dua orang pun, ia sudah menerapkan pencatatan dan evaluasi. Adapun empat pilar menjadi fondasi bisnis Nabnib yakni sumber daya manusia, keuangan, operasional, serta pemasaran dan iklan.

“Usaha seperti bola salju, makin lama makin besar, asal dilakukan dengan benar,” katanya.

Eva menolak anggapan bahwa bisnis online hanya seperti warung kelontong daring. “Padahal bisa besar kalau fondasinya kuat: sistem keuangan yang rapi, SOP, pembagian kerja jelas, evaluasi, dan laporan,” tegasnya.

photo
Deretan pakaian buatan Eva Frahmawati - (Republika/Dian Fath)

Di sisi lain, industri tekstil nasional memang sedang menghadapi masa sulit. Salah satu kasus yang mencuri perhatian adalah PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), yang mem-PHK 11.025 karyawan setelah dinyatakan pailit pada Oktober 2024. Perusahaan tekstil besar ini akhirnya resmi tutup pada 1 Maret 2025.

API mencatat  PHK di industri tekstil pada akhir tahun 2024, dengan total sekitar 70.000 pekerja dirumahkan sepanjang tahun tersebut. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) pun mencatat sebanyak 18.610 pekerja terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) hingga Februari 2025. Persaingan dengan produk impor murah dan beban biaya tinggi membuat banyak pabrik besar tak lagi mampu bertahan.

Namun, kisah Nabnib menjadi pengecualian. Brand ini membuktikan bahwa pertumbuhan tetap mungkin dicapai oleh pelaku lokal yang lincah dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Senior Director of Marketing Growth Shopee Indonesia, Monica Vionna, menilai bahwa digitalisasi menjadi kunci pertumbuhan UMKM seperti Nabnib. “E-commerce di Indonesia punya kontribusi sangat besar ke ekonomi digital,” katanya.

Monica menambahkan, Shopee terus konsisten mewadahi pengusaha lokal lewat event, workshop, dan fitur-fitur seperti Shopee Live, Shopee Video, dan Shopee Affiliate. “Kami terus konsisten mengembangkan inovasi dan memberdayakan seluruh ekosistem digital kami. Semua ini demi meningkatkan kualitas hidup pengguna lewat pemenuhan kebutuhan harian, sekaligus mendukung keberlangsungan bisnis lokal," ujar Monica.

Ekonom Ryan Kiryanto menyebutkan bahwa pertumbuhan e-commerce membuka harapan baru di tengah stagnasi sektor manufaktur. “Bukan hanya soal angka ekonomi, tetapi bagaimana dengan adanya perkembangan e-commerce ini membuka lapangan kerja,” katanya.

Menurutnya, UMKM digital seperti Nabnib dapat menjadi bantalan ekonomi nasional di saat sektor besar sedang terpukul. “Mereka harus dirangkul, diajak, diedukasi. Pemerintah harus hadir,” ujarnya.

Eva Frahmawati membuktikan bahwa keberhasilan bukan monopoli pabrik besar. Di tengah gemuruh industri tekstil yang meredup, Nabnib justru menjahit harapan baru lewat strategi, sistem, dan digitalisasi yang tepat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement