REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga emas kian melesat di tengah kondisi pasar saham yang terkoreksi. Pelaksana tugas Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Bob Tyasika Ananta, menyebut ada kecenderungan alokasi dana masyarakat mulai mengarah ke emas.
“Sedikit-sedikit,” ujarnya saat ditanya apakah terjadi perpindahan dana ke emas saat ditemui di Kantornya, Selasa (15/4/2025).
Bob menjelaskan, saldo emas BSI tumbuh 40 persen secara year to date (ytd) atau meningkat 177,32 kilogram hingga 31 April 2025. Sementara itu, penjualan emas naik 25 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Direktur Sales & Distribution BSI, Anton Sukarna mengatakan pihaknya belum menghitung secara pasti volume peralihan dana dari saham ke emas. Namun, ia menegaskan investor selalu mencari alternatif investasi ketika pasar saham melemah.
“Kemarin kita sempat kejadian kan, semua saham kita rontok semua. Otomatis orang mencari selain saham apalagi kita harus bertahan, kemudian dia berpindah ke emas. Tapi kalau angka atau data perpindahan itu nggak ada, saya nggak bisa tracking itu,” ujar Anton.
Senada, Vice President Digital Strategy and Development BSI, Riko Wardhana, mengatakan minat pembelian emas meningkat cukup signifikan pada April 2025. Meski begitu, ia juga belum memiliki data pasti terkait sumber dana yang dialihkan ke emas.
“Kami belum tracking sih sampai ke sana. Cuman kita ngelihatnya, kalau emasnya iya tadi meningkat,” kata Riko.
Ia mengungkapkan sejak Februari lalu, rata-rata penjualan emas di BSI melonjak. “Dari sekitar 30 kilogram per bulan, menjadi 64 kilogram, kemudian menjadi 125 kilogram,” paparnya.
“Tapi kalau dari mana, trackingnya dari pasar modal segala macam belum ada,” tambah Riko.