Selasa 01 Apr 2025 22:15 WIB

Properti Hijau Masih Mahal, Kapan Bisa Dijangkau Kelas Menengah?

Harga yang tinggi membuat hunian berkonsep hijau sulit dijangkau kelas menengah.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Harga yang masih tinggi membuat hunian berkonsep hijau sulit dijangkau oleh kelas menengah. (ilustrasi)
Foto: www.pxhere.com
Harga yang masih tinggi membuat hunian berkonsep hijau sulit dijangkau oleh kelas menengah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Properti hijau yang ramah lingkungan semakin diminati, terutama dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu keberlanjutan. Namun, harga yang masih tinggi membuat hunian berkonsep hijau sulit dijangkau oleh kelas menengah.  

Vice President of Market Research and Product Strategy Sinar Mas Land, Dwi Novita Yeni, mengakui biaya pembangunan properti hijau masih mahal, terutama karena teknologi yang digunakan masih baru dan belum banyak diterapkan di Indonesia.  

Baca Juga

“Kalau kita lihat dari sisi pasar, sebenarnya kelas menengah adalah segmen terbesar. Tapi saat ini, teknologi yang digunakan dalam properti hijau masih tergolong baru dan harganya masih mahal,” ujar Dwi Novita beberapa waktu lalu.

Karena biaya produksinya yang tinggi, harga jual properti hijau pun lebih mahal dibandingkan properti konvensional. Hal ini membuat banyak pengembang ragu untuk menyasar segmen menengah. Namun, Dwi Novita optimistis bahwa dengan adanya dukungan pemerintah dan kebijakan yang tepat, harga properti hijau bisa lebih terjangkau ke depannya.  

“Mungkin ke depannya segmen menengah akan lebih menjadi target, terutama jika ada dukungan dari kebijakan yang lebih kuat,” tambahnya.  

Salah satu kebijakan yang diharapkan dapat membantu adalah insentif pajak bagi pengembang. Advisor President Office Sinar Mas Land, Ignesjz Kemalawarta, menilai bahwa pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bisa menjadi langkah efektif untuk mempercepat pertumbuhan sektor properti hijau.  

“Kalau PBB diturunkan 10 persen, dampaknya tidak hanya mengurangi beban pengembang, tetapi juga bisa meningkatkan daya beli masyarakat. Pada akhirnya, ekonomi secara keseluruhan bisa lebih berkembang,” jelas Ignesjz.  

Ia juga mencontohkan di beberapa negara, kebijakan insentif pajak telah terbukti efektif dalam mendorong pengembangan properti hijau. Jika diterapkan di Indonesia, hal ini dapat membuat hunian ramah lingkungan lebih menarik bagi pengembang dan lebih terjangkau bagi masyarakat.  

Dengan meningkatnya permintaan terhadap properti hijau, para pengembang berharap adanya kebijakan yang mendorong harga lebih kompetitif sehingga segmen menengah bisa turut menikmati hunian ramah lingkungan. Ke depannya, kombinasi antara insentif pemerintah, efisiensi teknologi, dan inovasi dalam desain bangunan diharapkan dapat membuat properti hijau semakin terjangkau bagi masyarakat luas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement