Senin 21 Oct 2024 15:16 WIB

China Pangkas Suku Bunga Pinjaman Utama untuk Dukung Pertumbuhan

China meyakini dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi 5 persen pada akhir tahun.

Suasana Kota Beijing, China. Bank Sentral China memangkas suku bunga pinjaman utama untuk dorong ekonomi.
Foto: EPA-EFE/WU HAO
Suasana Kota Beijing, China. Bank Sentral China memangkas suku bunga pinjaman utama untuk dorong ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China memangkas suku bunga acuan pinjaman pada Senin (21/10/2024), menyusul pengurangan suku bunga kebijakan lainnya pada bulan lalu. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari paket langkah stimulus untuk menghidupkan kembali ekonomi.

Suku bunga acuan pinjaman (LPR) satu tahun diturunkan sebesar 25 basis poin menjadi 3,10 persen dari 3,35 persen. Sementara LPR lima tahun dipotong dengan margin yang sama menjadi 3,6 persen dari 3,85 persen sebelumnya.

Baca Juga

Gubernur People's Bank of China (PBOC) Pan Gongsheng mengatakan dalam forum keuangan minggu lalu bahwa suku bunga pinjaman akan turun 20 hingga 25 basis poin pada 21 Oktober. Suku bunga pinjaman terakhir dipotong pada bulan Juli.

PBOC mengumumkan pemotongan rasio persyaratan cadangan bank sebesar 50 basis poin dan suku bunga acuan repo terbalik tujuh hari sebesar 20 basis poin pada 24 September. Ini menjadi awal stimulus paling agresif sejak pandemi yang mencakup langkah-langkah untuk mendukung sektor properti yang sedang terpuruk dan meningkatkan konsumsi.

Data pekan lalu menunjukkan pertumbuhan ekonomi China sedikit lebih baik dari yang diharapkan pada kuartal ketiga, meskipun investasi properti turun lebih dari 10 persen dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Penjualan eceran dan produksi industri meningkat pada bulan September.

Para pejabat yang memberikan pernyataan dalam konferensi pers pada hari Jumat (18/10/2024) menyatakan keyakinan bahwa ekonomi dapat mencapai target pertumbuhan tahunan pemerintah sebesar sekitar 5 persen. Mereka juga mengisyaratkan pemotongan rasio cadangan bank lagi pada akhir tahun.

"Seberapa besar pengaruh pelonggaran lebih lanjut terhadap ekuitas China & Hong Kong dan CNH masih menjadi perdebatan, karena pelaku pasar mungkin merasakan kelelahan akibat pelonggaran kebijakan," kata Chris Weston, kepala penelitian di pialang daring Australia Pepperstone, dalam sebuah catatan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement