Senin 07 Oct 2024 18:43 WIB

10 Tahun Jokowi, Bagaimana Kinerja Ekonomi Indonesia?

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah ketimpangan ekonomi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Satria K Yudha
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT) , Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (10/9/2024).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Jakarta International Container Terminal (JICT) , Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (10/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produk domestik bruto (PDB) yang menjadi tolok ukur pertumbuhan ekonomi tercatat mengalami peningkatan selama 10 tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurut laporan LSI Denny JA dengan mengolah data dari Bank Dunia, ekonomi Indonesia juga naik peringkat.

Pada tahun 2014, PDB Indonesia tercatat sebesar 890,81 miliar dolar AS, menempatkan Indonesia pada peringkat 18 ekonomi terbesar di dunia. Namun, pada tahun 2023, PDB Indonesia meningkat menjadi 1,37 triliun dolar AS, menjadikan Indonesia naik peringkat sebagai negara dengan ekonomi terbesar ke-16 di dunia.

"Selama 10 tahun Jokowi, peringkat PDB Indonesia di dunia naik dari nomor 18 menjadi nomor 16," kata Denny JA dalam siaran pers, Senin (7/10/2024).

Data tersebut menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia terus tumbuh selama satu dekade pemerintahan Jokowi. Pertumbuhan ini juga menegaskan bahwa kebijakan ekonomi yang diterapkan Jokowi, terutama pembangunan infrastruktur dan perbaikan iklim investasi, memberikan dampak positif yang nyata.

Ada beberapa faktor kunci yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 10 tahun terakhir. Salah satu fokus utama pemerintahan Jokowi adalah pembangunan infrastruktur yang masif. Melalui proyek-proyek seperti pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, dan rel kereta api, Jokowi berhasil menciptakan jaringan transportasi yang lebih efisien, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.

Selain itu, kebijakan deregulasi yang diterapkan Jokowi juga berperan penting. Pemerintah secara bertahap memperbaiki iklim investasi dengan memangkas aturan-aturan yang menghambat, serta memberikan kemudahan bagi investor asing.

Hal ini terlihat dari peningkatan peringkat Indonesia dalam Indeks Kebebasan Ekonomi yang juga mengalami perbaikan selama masa pemerintahan Jokowi. Faktor lainnya adalah peningkatan daya saing sektor manufaktur dan jasa. Kedua sektor ini menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia selama 10 tahun terakhir.

Pertumbuhan industri pengolahan, yang didukung oleh peningkatan kapasitas produksi, serta perkembangan sektor jasa yang semakin modern dan terintegrasi dengan teknologi digital, turut mendorong stabilitas pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah Jokowi juga berhasil meningkatkan produktivitas di sektor pertanian dan maritim. Program-program untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan, serta penguatan sektor maritim, telah membantu menstabilkan perekonomian nasional, terutama dalam menjaga ketahanan pangan dan menurunkan tingkat kemiskinan di pedesaan.

Meski demikian, 10 tahun pemerintahan Jokowi tidak sepenuhnya bebas dari tantangan. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah ketimpangan ekonomi antar daerah. "Meskipun pertumbuhan ekonomi secara nasional terus meningkat, disparitas pembangunan antara pulau Jawa dan luar Jawa masih cukup tinggi," kata Denny JA.

Daerah-daerah di luar Jawa masih tertinggal dalam hal akses infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. Diversifikasi ekonomi juga menjadi pekerjaan rumah besar bagi Indonesia agar tidak terlalu bergantung pada sektor-sektor tertentu, seperti ekspor komoditas batu bara dan minyak sawit. Ketika harga komoditas internasional turun, pendapatan negara ikut terpengaruh, yang pada gilirannya memengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Korupsi juga tetap menjadi isu yang perlu diatasi. Masalah korupsi masih terus muncul dan menjadi tantangan bagi stabilitas ekonomi jangka panjang. Upaya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam sektor publik perlu terus ditingkatkan guna menjaga kepercayaan publik dan menarik lebih banyak investasi asing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement