REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG -- PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) (SMF) sudah mengucurkan dana melalui pembiayaan dan sekuritisasi sebesar Rp113,59 triliun hingga Semester I 2024. Jumlah ini 8,37 kali lebih banyak daripada modal disetor.
Aliran dana itu dinilai menegaskan peran strategis SMF sebagai penyedia likuiditas bagi lembaga penyalur pembiayaan perumahan sehingga proses penyaluran pembiayaan kepada masyarakat berjalan optimal. Langkah ini diharapkan dapat mengakselerasi pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau bagi masyarakat Indonesia.
"Kami melihat kondisi pasar primer perumahan masih menghadapi tantangan, akan tetapi dengan kondisi pertumbuhan ekonomi yang masih terja peluang untuk pasar perumahan pada umumnya masih terbuka," kata Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan SMF, Heliantopo dalam media gathering dan konferensi pers kinerja semester 1 SMF di Lampung pada Ahad (29/9/2024).
Sejak 2018 sampai Juni 2024 SMF telah menyalurkan porsi 25% KPR FLPP sebesar Rp24,07 triliun yang setara dengan 654.430 unit rumah. Dibandingkan kinerja semester 1 2023, kinerja porsi 25% FLPP SMF meningkat 9,67% YOY. Hal ini Sejalan dengan tujuan SMF untuk pengentasan backlog perumahan, sebagai fiscal tools Pemerintah.
"Angka ini menunjukkan bahwa SMF telah menyalurkan dana dengan multiplier 2,58 kali dari Penyertaan Modal Negara yang diterima khusus untuk FLPP yaitu sebesar Rp9,33 triliun. Ini merupakan upaya perseroan dalam berkontribusi terhadap pengurangan beban fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta mendorong akses masyarakat berpenghasilan rendah untuk memiliki rumah layak huni yang terjangkau," ujar Direktur Utama SMF, Ananta Wiyogo.
SMF memaksimalkan ketersediaan dana lewat penerbitan obligasi guna mendukung target penyaluran pembiayaan perumahan, menjamin pendanaan lebih efisien dengan bunga kompetitif, dan memperkuat sektor perumahan di Indonesia. Hingga Semester I 2024, SMF sudah menerbitkan obligasi sebanyak enam kali dengan total nilai Rp7,68 triliun. Ini mencakup social bonds sebesar Rp3,5 triliun untuk pendanaan KPR FLPP.
Dengan begitu, dari awal penerbitan surat utang tahun 2009 sampai bulan Juni 2024 telah dilakukan 63 kali penerbitan dengan jumlah Rp64,95 triliun. Ini terdiri dari 50 kali penerbitan obligasi/sukuk (penawaran umum) sebesar Rp60,16 triliun, 12 kali Medium Term Notes (Penawaran terbatas) sebesar Rp4,67 triliun (termasuk di dalamnya penerbitan Sukuk Mudharabah SMF I melalui penawaran terbatas), dan satu kali penerbitan Surat Berharga Komersial sebesar Rp120 miliar.
"Ke depan, SMF berencana untuk menerbitkan surat utang atau sukuk tambahan baik konvensional maupun berbasis sosial, dengan memperhatikan kondisi pasar dan suku bunga," ujar Ananta.
Diketahui, SMF ialah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan tahun 2005 di bawah Kementerian Keuangan. Adapun tugasnya sebagai Special Mission Vehicle (SMV) untuk meminimalisir beban fiskal Pemerintah dalam pembangunan sektor perumahan.
SMF mengambil tugas sebagai liquidity provider bagi lembaga keuangan penyalur pembiayaan perumahan untuk menyediakan dana menengah panjang bagi pembiayaan perumahan melalui kegiatan sekuritisasi dan pembiayaan agar masyarakat dapat memiliki hunian yang layak dan terjangkau. Selain itu, melalui peran sebagai Sekretariat Ekosistem Pembiayaan Perumahan, SMF juga berperan dalam memberikan masukan dan memfasilitasi perumusan kebijakan pembiayaan perumahan.