REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adaro Grup terus melakukan kinerja operasional yang baik dan efisien. Hal ini berdampak pada kinerja keuangan perusahaan yang terus tumbuh positif dan terus membukukan laba yang baik. Upaya ini juga merupakan bekal utama untuk membangun kepercayaan para pemilik saham, terbukti dengan RUPS pada tahun ini yang dihadiri lebih dari 80 persen pemegang saham.
Pada tahun ini, RUPS menyetujui penggunaan laba tahun berjalan tahun buku 2023 1,64 miliar dolar AS di antaranya 800 juta dolar AS atau 48,74 persen untuk pembayaran dividen tunai, yang terdiri dari 400 juta dolar AS untuk dividen interim yang telah dibayarkan perseroan pada 12 Januari 2024, dan 400 juta dolar AS untuk dividen tunai final. Sisanya 841,43 juta dolar AS ditetapkan sebagai laba ditahan.
"Setelah membagikan dividen interim pada Januari 2024, pada Rapat ini kami mendapat persetujuan para pemegang saham Perseroan untuk membagikan dividen tunai final sejumlah 400 juta dolar AS," kata Garibaldi Thohir selaku CEO PT Adaro Energy Indonesia Tbk.
Para pemegang saham ADRO juga menyetujui perubahan Pasal 4 ayat (2) Anggaran Dasar Perseroan sehubungan dengan pengurangan modal ditempatkan dan disetor penuh melalui penarikan saham hasil pembelian kembali perseroan 1,22 miliar saham atau mewakili 3,84 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh. Sehingga modal ditempatkan dan disetor ADRO yang semula berjumlah 31,98 miliar saham dengan nilai nominal sejumlah Rp 3,19 triliun menjadi 30,75 miliar saham dengan nilai nominal sejumlah Rp 3,07 triliun.
Pada tahun ini, perusahaan berkomitmen kuat untuk bisa terus melakukan operasional perusahaan yang efisien dan optimal. Pada tahun ini, perusahaan menargetkan produksi batu bara hingga 67 juta ton sepanjang 2024 atau lebih tinggi 1,7 persen dari total produksi pada 2023.
Perusahaan menargetkan volume penjualan sebesar 65 juta ton sampai 67 juta ton, yang meliputi 61 juta ton sampai 62 juta ton batu bara termal, dan 4,9 juta ton sampai 5,4 juta ton batu bara metalurgi dari Adaro Minerals Indonesia (ADMR).
Target ini sudah lebih dulu moncer pada catatan laba bersih pada kurtal pertama tahun 2024 ini. Perusahaan mampu mencatatkan laba bersih senilai 374,3 juta dolar Amerika Serikat (AS).
“Di tengah ketidakpastian global dan kondisi harga yang melemah, kami mempertahankan komitmen terhadap efisiensi biaya. Lebih lanjut, posisi neraca dan keuangan secara keseluruhan tetap sehat, sehingga menyediakan fleksibilitas pada saat ini,” ujar Garibaldi.
Selama kuartal I 2024, perseroan membukukan pendapatan senilai 1,44 miliar dolar AS. volume produksi dan volume penjualan perseroan meningkat masing-masing sebesar 15 persen (yoy) dan 5 persen (yoy) menjadi 18,07 juta ton dan 16,48 juta ton batu bara pada kuartal I 2024.
Garibaldi menegaskan, bahwa saat ini Adaro juga akan terus fokus menyelesaikan proyek di pilar hijau. Adaro punya beberapa proyek strategis yang merupakan wujud transformasi dan ekspansi bisnis. Seperti proyek aluminium, pengembangan dan ekspansi pada batu bara metalurgi, hingga sektor kelistrikan hijau seperti PLTA dan PLTS serta PLTB yang sedang masif dikembangkan.
"Kami sangat serius melakukan transformasi. Transformasi kami bukan yang ecek-ecek. Kami melakukan proyek yang besar dan signifikan. Itu memperlihatkan komitmen kami kita ingin jadi perusahaan yang lebih besar tapi lebih hijau,” kata Garibaldi.
Torehan positif dari Adaro Minerals menjadi catatan baik operasional perusahaan sepanjang 2023. RUPS yang diadakan Selasa (14/5/2024) juga menuai banyak dukungan positif dari para pemegang saham.
Dalam RUPST ini, pemegang saham menyetujui usulan rapat yang mengusulkan sejumlah 4,41 juta dolar AS sebagai dana cadangan wajib. Sementara itu, sejumlah 436,61 juta dolar AS sebagai laba ditahan ADMR.
"Kami tidak membagikan dividen karena membutuhkan dana. Ekspansi aluminium dan metallurgical coal butuh dana yang besar," kata Presiden Direktur Adaro Minerals Christian Ariano Rachmat
Ekspansi bisnis ini merupakan proyek besar yang fokus dikerjakan ADMR kedepan. Proyek pembangunan pabrik pengolahan atau smelter aluminium milik ADMR masih berlangsung dan ditargetkan mulai produksi pada tahun depan.
Direktur Adaro Minerals Wito Krisnahadi mengatakan, proyek smelter aluminium Grup Adaro dengan kapasitas produksi tahap I sebesar 500.000 ton ingot (batangan aluminium). Smelter ini akan beroperasi bertahap secara komersial mulai kuartal III-2025.
“Produksi dari smelter ini akan mulai dikonsolidasikan pada tahun 2026,” ujarnya dalam konferensi pers usai rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) ADMR, Selasa (14/5).
Pembangunan smelter ini akan dilakukan dalam 3 tahap, dengan kapasitas masing-masing tahap smelter berjumlah 500.000 ton. Sehingga, jika nantinya rampung, smelter aluminium ini memiliki kapasitas hingga 1,5 juta ton aluminium per tahun. ADMR mengalokasikan belanja modal senilai 2 miliar dolar AS untuk pembangunan smelter tahap I ini.
Presiden Direktur ADMR, Christian Ariano Rachmat mengatakan, pihaknya masih akan mencoba untuk melakukan produksi aluminium sesuai rencana, yaitu dengan menggunakan coal power plant atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Tetapi setelah PLTA berhasil dibangun, ADMR akan memulai produksi green aluminium.
"Pada tahap I pembangunan smelter aluminium, kami masih produksi pakai coal power plant. Tujuan awal ini untuk mengurangi impor dan dolar AS yang keluar dari Indonesia," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Selain berfokus pada penyelesaian proyek smelter aluminium ini, Adaro Minerals juga akan melirik peluang lain di mineral atau logam lain dalam rangka mendukung hilirisasi yang digaungkan oleh pemerintah.
"Kami mengkaji mineral-mineral lain yang peluangnya besar. Yang jelas, ADMR menekankan adanya keunikan dalam pemilihan mineral baru tersebut,” paparnya.