REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ekonom University of Cambridge dan kepala penasihat perusahaan keuangan raksasa Allianz, Mohamed El-Erian mengatakan serangan ke kapal-kapal komersial di Laut Merah yang merupakan jalur perdagangan dunia dapat menaikan kembali inflasi. Menurutnya disrupsi pada pengiriman komoditas tidak akan separah saat pandemi Covid-19, tapi ia memperingatkan dapat menaikan harga dan memukul pertumbuhan ekonomi.
Beberapa perusahaan pelayaran sudah berhenti menggunakan Laut Merah sejak Houthi di Yaman menyerang kapal-kapal komersial. Kekhawatiran perang Israel di Gaza menyebar ke seluruh kawasan juga semakin menguat terutama setelah Amerika Serikat (AS) dan Inggris meluncurkan serangan militer ke Houthi pekan lalu.
"Relatif pada apa yang akan terjadi jika tidak, kita akan melihat inflasi yang lebih tinggi, suku bunga KPR yang lebih tinggi, dan pertumbuhan yang lebih rendah," katanya pada BBC, Senin (15/1/2024).
"Namun, secara absolut, ini tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang kita alami pada tahun 2021 dan 2022. Guncangan ini tidak akan terlalu besar, tetapi sangat disayangkan," tambahnya.
Sekitar 12-15 persen perdagangan global melewati Laut Merah melalui Selat Bab al-Mandab, selat selebar 20 mil yang membelah Eritrea dan Djibouti di sisi Afrika dan Yaman di Semenanjung Arab, dan Terusan Suez.
Houthi yang didukung Iran mulai menyerang kapal-kapal komersial dengan rudal dan drone akhir tahun lalu setelah dimulainya perang Israel-Hamas pada bulan Oktober. Serangan-serangan tersebut berlanjut meskipun ada intervensi dari negara-negara Barat, ketika sebuah kapal kargo milik AS dihantam rudal di lepas pantai selatan Yaman.
Saat ini perusahaan-perusahaan pelayaran besar mengubah rute kapal-kapal mereka dengan mengitari Tanjung Harapan di Afrika, yang dapat menambah 12 hari perjalanan untuk kargo dari Singapura ke Eropa utara. Menurut perusahaan pelayaran raksasa Hapag-Lloyd pengiriman dapat lebih lama lagi, hingga 18 hari, untuk kapal-kapal yang berlayar dari Singapura ke Mediterania timur.
Inflasi di Inggris sudah turun tajam dari level tertinggi 11,1 persen pada Oktober 2022 menjadi 3,9 persen pada tahun ini hingga November.
Perang Rusia dengan Ukraina memicu inflasi, khususnya membuat harga minyak dan makanan menjadi lebih tinggi.
S&P Global Market Intelligence mengatakan hampir 15 persen komoditas yang diimpor ke Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara dari Asia dan Teluk dikirimkan lewat laut. Termasuk 21,5 persen minyak rafinasi dan lebih dari 13 persen minyak mentah.
Harga minyak mentah Brent yang menjadi....