REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan yang belum merata dan krisis air irigasi menghambat aktivitas tanam padi di sebagian besar sentra produksi. Koordinator Koalisi Rakyat Untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah mengatakan, banyak persemaian padi yang gagal akibat hujan yang belum merata dan di beberapa wilayah belum diguyur hujan.
"Ketika di November di beberapa wilayah ada hujan, petani sempat menyemai benih. Karena air tidak ada dan hujan juga berhenti, banyak persemaian petani yang gagal. Dari situasi itu pada sebagian besar petani, terutama di wilayah yang tadah hujan atau pengairannya terbatas menahan diri untuk melakukan persemaian," ujar Said kepada Republika, Senin (8/1/2024).
Said mengatakan, di wilayah garis Pantura Jawa secara umum sebagian besar petani masih menahan untuk melakukan olah lahan. Hal ini karena belum ada kepastian soal ketersediaan air terutama musim hujan yang mundur.
Namun demikian, pantauan KRKP, di beberapa wilayah sentra produksi padi seperti di Subang dan Indramayu mulai melakukan persemaian benih dan pengolahan lahan. "Pada wilayah yang sudah ada air memang sudah mulai ada yang menyemai dan olah lahan. Namun ini belum semuanya. Para petani cenderung berhati hati karena kegagalan semai di bulan sebelumnya dan juga kegagalan pada musim kedua dan ketiga," ujarnya.
Mengacu pada jadwal normal, aktivitas tanam biasanya sudah mulai dilakukan pada November-Desember, tetapi akibat perubahan cuaca dampak dari El Nino membuat sebagian besar petani mundur dalam menanam padi yakni pada Januari.
"Pada kondisi normal bulan Januari umumnya pertanaman padi sudah ada yang berusia 1-2 bulan. Karena biasanya petani mulai menanam di awal atau akhir November," ujarnya.
Selain kesediaan air, Said juga menyampaikan keluhan petani dalam proses pertanaman padi kali ini yakni persoalan kelangkaan modal dan input pertanian. Sebab, pada dua musim terakhir pertanaman, petani tidak bisa memproduksi atau budi daya panen sehingga terkuras modal awalnya.
Menurutnya, kondisi ini berat terutama bagi petani yang mempunyai pinjalan KUR ke bank. Di Indramayu misalnya, sebagian petani harus mencari berbagai cara untuk dapat melakukan pembayaran cicilan.
"Sejauh ini kendalanya itu, tetapi tentu saja soal air yang menjadi harapan utama selain dukungan pembiayaan dan input pertanian yang belum juga tersedia cukup baik terutama pupuk," ujarnya.
Kondisi mundurnya waktu tanam padi ini turut dirasakan oleh Awaludin, salah satu petani di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Hal ini tak lain karena hujan yang tidak kunjung mengguyur lahan pertanian.
"Kalau di sini itu dampaknya tanam padi mundur satu bulan dari biasanya. Sebelumnya, hujan masih jarang, kalau sekarang sudah mulai rutin sehingga petani di sini sudah mulai menanam padi," ujar Awaludin.