Kamis 21 Dec 2023 19:20 WIB

Alasan BI Proyeksikan Suku Bunga The Fed Baru Turun Semester II 2024

Sebab ekonomi AS masih tumbuh, bahkan lebih kuat dari perkiraan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan press statement mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan press statement mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat menghadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia di Gedung BI, Rabu (29/11/2023) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) hingga Desember 2023 masih memproyeksikan penurunan Federal Funds Rate (FFR) baru akan turun pada semester II 2024. The Fed saat ini masih mempertahankan level suku bunga acuan pada level 5,25 persen–5,50 persen.

"Kami masih berpandangan bahwa kemungkinan penurunan FFR pada semester II dengan total turun 50 basis poin (bps)," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Desember 2023, Kamis (21/12/2023).

Baca Juga

Perry menambahkan, BI mengatakan pasar juga melihat adanya kemungkinan lebih awal pada kuartal II 2023, FFR bisa turun. Bahkan, kata dia, pasar juga ada yang memprediksi penurunan FFR hingga 75 bps.

Meskipun begitu, Perry memastikan BI selalu mendasarkan kepada analisis fundamental dari AS. Perry menuturkan, ekonomi AS masih tumbuh bahkan lebih kuat dari perkiraan untuk 2023 meskipun masih akan melambat pada 2024 dan inflasi juga turun masih di atas sasaran.

"Sehingga itu membawa kami untuk memperkirakan FFR turunnya masih pada semester II dengan totalnya (turun) masih 50 bps," ucap Perry.

Meskipun begitu, Perry memastikan BI masih akan melihat perkembangan bulan depan dan selanjutnya. Pada dasarnya, Perry menegaskan FOMC masih ingin membawa soft landing bagi AS.

"Sekarang yang kami bisa tangkap FFR sudah tinggi dan tidak akan naik lagi. Semester I masih akan dipertahankan," kata Perry.

Perry mengakui, beberapa tekanan inflasi memang mereda namun masih relatif tinggi meskipun geliat ekonominya relatif kuat. Hanya saha, dia menegaskan BI masih memproyeksikan penurunan FFR baru akan terjadi pada semester II 2024.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement