Jumat 24 Nov 2023 14:50 WIB

BI Pastikan Likuiditas Perbankan Masih Memadai

Perkembangan likuiditas itu berdampak positif terhadap suku bunga perbankan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Teller bank sedang menghitung uang pecahan baru untuk melayani kebutuhan nasabah di Harmoni, Jakarta, Kamis (26/4/2023).
Foto: Dok Republika
Teller bank sedang menghitung uang pecahan baru untuk melayani kebutuhan nasabah di Harmoni, Jakarta, Kamis (26/4/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memastikan likuiditas perbankan yang masih memadai mendukung ketahanan stabilitas sistem keuangan. Pada Oktober 2023, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap terjaga tinggi, yaitu 26,36 persen.

"Penerbitan SRBI juga menambah fleksibilitas perbankan dalam mengelola likuiditas sehingga turut mendukung terjaganya lending capacity perbankan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Bulanan BI November 2023, Kamis (23/11/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, perkembangan likuiditas tersebut berdampak positif terhadap suku bunga perbankan dengan suku bunga deposito perbankan jangka waktu satu bulan dan suku bunga kredit pada Oktober 2023. Perry menuturkan masing-masing terjaga pada 4,40 persen dan 9,37 persen.

Likuiditas perbankan yang tetap memadai juga didukung oleh implementasi KLM yang efektif berlaku sejak 1 Oktober 2023. "Ini dengan besaran total insentif likuiditas mencapai Rp 138 triliun per November 2023," tutur Perry.

Dia memastikan, Bank Indonesia terus meningkatkan efektivitas implementasi insentif likuiditas KLM untuk mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan. Khsususny kepada sektor-sektor prioritas guna mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

Perry menambahkan, likuiditas perekonomian juga tetap memadai. Penempatan giro bank di Bank Indonesia menurun sejalan dengan implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial yang secara keseluruhan mengakibatkan pertumbuhan uang primer pada Oktober 2023 mencatat kontraksi sebesar 7,5 persen secara tahunan.

Sementara itu, pertumbuhan uang beredar dalam arti luas pada Oktober 2023 tercatat sebesar 3,4 persen secara tahunan. "Pertumbuhan ini ditopang oleh pertumbuhan yang cukup kuat pada uang kuasi sebesar 7,8 persen secara tahunan dan uang kartal sebesar 6,7 persen secara tahunan," tutur Perry.

Dari faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan uang beredar didorong oleh kredit yang tetap kuat dan ekspansi operasi keuangan pemerintah. Operasi keuangan pemerintah pada Oktober 2023 mencatat ekspansi sebesar Rp 85,43 triliun setelah sebelumnya mencatat kontraksi sebesar Rp 269,36 triliun sampai dengan September 2023.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement