REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyebut 90 persen produk impor yang mendominasi e-commerce di Indonesia dijual oleh pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM) yang tidak mempunyai produk sendiri alias reseller.
Menurut Teten, para pelaku UMKM terpaksa melakukan hal tersebut karena produk-produknya kalah bersaing dengan produk luar dari sisi harga. Selain sudah memiliki harga asal yang murah, menurutnya produk impor juga mendapat subsidi sehingga menjadi terlalu murah.
"Setelah kita evaluasi tiga bulan ke depan, perlu ada pengaturan mengenai batas minimum harga yang dijual di e-commerce," ujar Teten di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Teten menyampaikan, dari 22 juta UMKM yang kini sudah masuk ke pasar digital, sebagian besar merupakan UMKM reseller yang menjual produk-produk impor, terutama barang habis pakai atau consumer goods.
"Kalau (UMKM) kuliner rata-rata punya produk sendiri, tapi kalau yang di sektor consumer goods di luar kuliner, sebagian besarnya impor," kata Teten.
Teten pun menilai Indonesia memiliki pasar digital yang kuat. Sehingga selain membuat banyaknya penjual produk-produk impor, menurutnya para investor di sektor ekonomi digital juga tertarik untuk berusaha di Indonesia.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar jangan sampai Indonesia terkena kolonialisme modern karena ketergantungan dari barang impor murah yang dijual di platform e-commerce.
Presiden Jokowi mengungkapkan banyak barang impor yang dijual sangat murah di e-commerce, contohnya baju seharga Rp 5.000. Baju tersebut merupakan barang hasil jual rugi atau "predatory pricing" yang perlu hati-hati untuk disikapi.