Selasa 21 Nov 2023 23:55 WIB

Indonesia Butuh Dana untuk Transisi Energi, Erick Thohir Tagih Janji Global

Perlu pendanaan sekitar 99 miliar dolar AS untuk menjalankan agenda transisi energi.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad-Interim Erick Thohir.
Foto: Republika/Intan Pratiwi
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad-Interim Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mencatat, perlu pendanaan sekitar 99 miliar dolar AS untuk menjalankan agenda transisi energi. Pemerintah telah menangkap komitmen pendanaan dari Just Energy Transitions Partnership (JETP) senilai 20 miliar dolar AS. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Ad-Interim Erick Tohir menilai, jika pihak global serius mendukung Indonesia dalam menjalankan transisi energi maka perlu komitmen nyata.

"Komitmennya tanya mereka. Tadi sudah disampaikan bahwa 99 miliar dolar AS yang diperlukan. Kalau sekarang baru 20 miliar dolar AS masih kurang. Jadi, kalau mereka mau serius dorong Indonesia, ya ini juga menjadi hal yang penting," ujar Erick di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

Baca Juga

Apalagi, kata Erick saat ini Indonesia merupakan episentrum pertumbuhan ekonomi global. Indonesia pun tidak kendur dalam menjalankan program transisi energi, bahkan sudah banyak melakukan langkah akseleratif.

"Karena Indonesia sebagai negara yang tentu menjadi salah satu pertumbuhan ekonomi dunia penting dijaga bersama-sama karena faktanya dengan situasi global yang saat ini, pertumbuhan ekonomi menjadi kunci," kata Erick.

Indonesia sudah mengambil langkah-langkah penting dalam mendorong transisi energi. Pertama, Indonesia mengupayakan pengembangan energi terbarukan untuk melakukan dekarbonisasi ketenagalistrikan dan industri termasuk membangun rantai pasok teknologi energi terbarukan agar industri dalam negeri dapat terbangun dengan kuat.

"Kedua, Indonesia mendorong industrialisasi hijau antara lain dengan membangun Kawasan Industri berbasis ekonomi hijau dan didukung oleh sumber energi hijau, termasuk optimalisasi potensi mineral kritis yang memang kita miliki untuk dilakukan hilirisasi secara bersama-sama dengan negara sahabat," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement