Kamis 09 Nov 2023 11:00 WIB

Jelang Pemilu, Tabungan di Bawah Rp 100 Juta Tumbuh Subur

Hal itu didorong bergeraknya usaha kecil karena musim kampanye.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menyelesaikan pembuatan alat peraga kampanye di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (24/10/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja menyelesaikan pembuatan alat peraga kampanye di Pasar Senen, Jakarta, Selasa (24/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang pemilu atau tahun politik, simpanan masyarakat di bank yang di bawah Rp 100 juta berpotensi tumbuh. 

Direktur Grup Riset LPS Herman Saherudin menuturkan pola tersebut terlihat di setiap tahun politik. "Biasanya kalau pada saat tahun politik pasti akan bergairah karena orang mendapat order cetak kaos, bendera, dan topi misalnya, menjadi lebih banyak. Jadi biasanya akan terbantu," kata kata Herman dalam media workshop LPS dengan media di Hotel Intercontinental Bandung, Rabu (8/11/2023) malam.

Baca Juga

Selain itu, Herman menuturkan tren peningkatan tabungan di bawah Rp 100 juta juga bisa meningkat karena banyak yang menerima bantuan. Sehingga tren peningkatan tersebut akan terlihat.

"Kita tidak usah mengeneralisir apakah simpanan akan tumbuh atau bagaimana pada saat tahun politik, tapi kita bisa melihat polanya bahwa di tahun politik biasanya masyarakat menengah bawah akan lebih terbantu dengan pendapatan-pendapatan tambahan," kata Herman.

Sebab, Herman mengungkapkan saat masa kampanye biasanya akan berdampak kepada bertambahnya mobilisasi atau aktivitas. Selain itu juga konsumsi bisa terjadi peningkatan dan akan berdampak kepada masyarakat karena kondisi ekonomi yang positif.  

"Seperti pengemudi Gojek dan Grab misalnya orang berkampanye orang lebih banyak bergerak. Artinya, jawabannya adalah mau tahun politik atau tidak, kalau ekonominya bagus maka simpanan masyarakat di bawah Rp 100 juta ini tidak akan merosot ke bawah," ucap Herman.

Herman menilai, jika tabungan di bawah Rp 100 juta merosot maka pemerintah biasanya akan membantu dan terus memantaunya. Sebab, kata dia, jika masyarakat ekonomi bawah mengalami kesulitan daya beli maka perlu diantisipasi.

"Contohnya adalah pada saat komponen inflasi bergerak, switching dari makanan ke tembakau dimana makanan dan tembakau komponen konsumsi yang paling krusial di masyarakat ekonomi bawah, pemerintah harus memberikan BLT," ungkap Herman. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement