REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Indonesia perkuat peran globalnya melalui kerja sama strategis di sektor energi dan sumber daya mineral (ESDM) dengan Brasil. Kesepakatan terwujud dalam kunjungan kenegaraan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva ke Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (23/10).
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Lula menyaksikan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara kedua negara di bidang ESDM. Kemitraan ini upaya menjaga ketahanan energi nasional.
Sekaligus, mendukung komitmen dunia terhadap transisi energi berkelanjutan. Presiden Prabowo mengapresiasi kehadiran Presiden Lula dan menilai Brasil sebagai mitra strategis penting bagi Indonesia, terutama di antara negara berkembang di belahan bumi Selatan.
“Kami memandang Brasil sebagai pemimpin yang sangat penting di Selatan, di belahan bumi Selatan, pemimpin negara-negara berkembang. Kita memiliki latar belakang sama, kita adalah negara-negara besar,” ujar Presiden Prabowo.
Presiden Lula menyambut baik pernyataan tersebut dan menegaskan pentingnya kemitraan yang saling menguntungkan kedua negara. Ia juga menyoroti potensi besar memperkuat kerja sama di berbagai bidang strategis, termasuk energi, teknologi, dan perdagangan.
“Saya datang ke sini dengan harapan tinggi untuk memperbarui kemitraan strategis kita, menjalin perjanjian baru, tidak hanya perdagangan bilateral, tetapi juga berinvestasi dalam hal-hal baru seperti kecerdasan buatan, sentralisasi data, memperdalam hubungan ilmiah dan teknologi, dan yang terpenting, memiliki kebijakan perdagangan yang seimbang antara keduanya. Kebijakan ini haruslah saling menguntungkan,” ujar Presiden Lula.
Penandatanganan MoU dilakukan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dan Menteri Pertambangan dan Energi Brasil Alexandre Silveira, disaksikan kedua kepala negara. Bahlil menilai kerja sama ini langkah strategis yang membawa manfaat besar bagi kedua bangsa.
“Penandatanganan MoU hari ini (kemarin) menandai babak baru yang sangat strategis bagi kerja sama Indonesia dan Brasil. Kita dua negara besar yang kaya sumber daya alam. Ini komitmen untuk mendorong hasil konkret yang saling menguntungkan di sektor energi dan pertambangan,” kata Bahli.
MoU mencakup berbagai bidang kerja sama, mulai dari hulu dan hilir migas, energi baru dan terbarukan (termasuk bioenergi, surya, dan angin), efisiensi energi, modernisasi jaringan, sumber daya mineral, hingga pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
Kerja sama bioenergi menjadi sorotan utama, mengingat Brasil merupakan produsen etanol terbesar kedua di dunia. Pengalaman negara tersebut dinilai penting untuk mendukung program bioenergi nasional Indonesia.
“Brasil adalah salah satu yang terdepan di dunia dalam hal bioenergi, khususnya etanol. Melalui MoU ini, kita akan serius mendorong alih teknologi dan transfer pengalaman mereka untuk mendukung percepatan program bioenergi nasional,” jelas Bahlil.
Kerja sama ini juga melanjutkan hasil kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo ke Brasil pada Juli 2025. Selain energi, kolaborasi di sektor pertambangan menjadi perhatian. Brasil memiliki cadangan besar bauksit, bijih besi, litium, serta menguasai cadangan niobium dunia.
Dengan kemitraan strategis ini, Indonesia dan Brasil diharapkan mampu menjadi kekuatan baru dalam tata kelola energi dan sumber daya alam global, sembari mendorong pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan.