REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petrokimia Gresik, perusahaan solusi agroindustri anggota holding Pupuk Indonesia mendukung optimalisasi produksi minyak bumi dalam negeri dengan berkontribusi pada proyek injeksi huff and puff di Lapangan Walio, Kabupaten Sorong, Papua Barat, menggunakan green surfactant.
Proyek itu ditandai dengan pemberangkatan green surfactant oleh SEVP Operasi Petrokimia Gresik I Ketut Rusnaya, mewakili Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo di Gresik, Jawa Timur. Petrokimia Gresik merupakan satu-satunya industri dalam negeri yang mampu menghasilkan green surfactant.
Petrokimia Gresik saat ini memiliki dua pabrik asam sulfat dengan kapasitas total 1.170.000 ton per tahun, alah satu produk intermediate dari pabrik tersebut adalah gas SO3 yang merupakan bahan baku green surfactant dengan jumlah yang melimpah dan kualitas yang stabil.
Pabrik green surfactant Petrokimia Gresik yang berdiri sejak 2020 memiliki kapasitas produksi 600 KL per tahun. Saat ini pabrik tersebut telah melakukan banyak improvement, sehingga produk green surfactant yang hasilkan jauh lebih stabil dan telah memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam IOR/EOR, atau sesuai dengan permintaan pasar.
”Ke depan, diproyeksikan pada 2026 kapasitas produksi pabrik green surfactant Petrokimia Gresik dapat mencapai 5.500 KL/tahun,” ujar I Ketut Rusnaya dalam keterangannya, Sabtu (28/10/2023).
I Ketut Rusnaya menyampaikan green surfactant tidak hanya mampu meningkatkan produktivitas sumur minyak bumi. Tapi juga mampu mengeluarkan minyak mentah dari lapangan atau sumur minyak tua yang sudah tidak berproduksi lagi.
”Pengeboran minyak suatu saat akan turun produktivitasnya, meskipun cadangan yang ada di dalam sumur masih banyak. Ini terjadi karena minyak terjebak pada bebatuan atau lainnya. Dengan menggunakan green surfactant akan ada peningkatan produksi minyak yang awalnya tertinggal karena susah terproduksikan sekarang bisa dioptimalisasi. Huff and puff green surfactant di Lapangan Walio diharapkan berlanjut menjadi pilot project EOR yang dapat semakin menunjukkan kualitas dari produk kami,” ujar Ketut.
Terpisah, Dwi Satriyo pada Jumat (27/10) menyampaikan, proyek huff & puff di Lapangan Walio dengan skema no cure no pay dimulai pada November. Petrokimia Gresik berkolaborasi bersama beberapa pihak. Petrokimia Gresik bertugas menyuplai green surfactant sebanyak 36.000 liter. Selanjutnya green surfactant tersebut diformulasikan PT Dunia Kimia Jaya dan diinjeksikan di lapangan oleh PT Enerproco Global Indonesia.
”Green surfactant sebelum mengikuti proyek ini telah melewati beberapa tahap uji coba yang dipersyaratkan, yaitu IFT 10-3 dan Windsor type III pada uji phase behavior serta dalam uji imbibisi, green surfactant mampu menghasilkan nilai recovery yang cukup menjanjikan,” ungkap Dwi Satriyo.
Direktur Operasi dan Produksi Petrokimia Gresik Digna Jatiningsih menambahkan, green surfactant produksi Petrokimia Gresik merupakan satu-satunya produk surfaktan ramah lingkungan yang dihasilkan di dalam negeri untuk mengoptimalkan eksplorasi minyak bumi dengan metode improved oil recovery (IOR) dan enhanced oil recovery (EOR).