Rabu 11 Oct 2023 17:41 WIB

Pertumbuhan Ekonomi China Melambat, Ini Dampaknya ke Indonesia

Secara tahunan, perekonomian China pada kuartal kedua hanya tumbuh 6,3 persen.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (22/9/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Suasana gedung bertingkat di Jakarta, Jumat (22/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi China menunjukkan tren perlambatan. Ekonom senior Raden Pardede mengatakan ekonomi China yang melambat tersebut akan turut memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik China, pertumbuhan ekonomi negara tersebut di kuartal II 2023 hanya tumbuh 0,8 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara tahunan, perekonomian China pada kuartal kedua hanya tumbuh 6,3 persen.

Baca Juga

Padahal pada beberapa dekade sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China sempat menyentuh angka 10 persen. Menurut Raden, pertumbuhan yang melambat ini masih akan membayangi ekonomi China, bahkan untuk waktu yang cukup lama. 

"Ke depan, pertumbuhan ekonomi China diperkirakan turun ke arah tiga persen," kata Raden dalam acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) 2023 ke-12 yang digelar BCA, Rabu (11/10/2023). 

Sebagai motor pertumbuhan ekonomi dunia, kata Raden, sumbangan pertumbuhan China terhadap ekonomi dunia mencapai 40 persen selama ini. Sehingga, jika ekonomi China turun maka perekonomian dunia juga akan turun. 

Menurut Raden, setiap satu persen pertumbuhan ekonomi China akan berpengaruh sebesar 0,4 persen terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Sedangkan terhadap Indonesia, penurunan setiap satu persen ekonomi berdampak sebesar 0,29 persen. 

Sebagai informasi, China merupakan mitra dagang nomor satu bagi Indonesia. Total ekspor ke China mencapai 50,8 miliar dolar AS pada 2022. Pasar China sangat besar karena memiliki 1,4 miliar penduduk.

Menurut Raden, penurunan ekonomi di China salah satunya disebabkan oleh komposisi demografi yang didominasi kelompok usia tua. "Kalau sudah menua, tidak ada negara yang bisa keluar dari middle income trap," kata Raden. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement