Senin 29 Apr 2024 06:15 WIB

Ini Alasan BI Naikkan Suku Bunga Namun Pertumbuhan Ekonomi Tetap Optimistis

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono (tengah), Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya (kanan), dan Kepala Ekonom BCA David Samual (kiri) dalam diskusi pelatihan wartawan BI di Samosir, Sumatra Utara, Ahad (28/4/2024). Rahayu Subekti
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono (tengah), Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya (kanan), dan Kepala Ekonom BCA David Samual (kiri) dalam diskusi pelatihan wartawan BI di Samosir, Sumatra Utara, Ahad (28/4/2024). Rahayu Subekti

REPUBLIKA.CO.ID, SAMOSIR -- Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 23-24 April 2024, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen. Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan stance kebijakan BI setelah keputusan kenaikkan BI Rate namun target pertumbuhan ekonomi tetap optimistis. 

"Banyak yang tanya BI rate dinaikin tapi kok BI proyeksi pertumbuhan ekonominya tetap optimistis? Dalam konteks ini, kenaikan BI rate ditujukan untuk menjaga kestabilan. Untuk men-defense nilai tukar," kata Erwin dalam diskusi pelatihan wartawan BI di Samosir, Sumatra Utara, Ahad (28/4/2024). 

Baca Juga

Dia menegaskan, saat ini framework kebijakan BI sekarang policy mix. Erwin menjelaskan, BI saat ini melihat ekonomi Indonesia saat ini sedang bagus dan tumbuh.

Selain itu, nilai tukar rupiah dalam waktu ke depan juga tidak ada alasan untuk tidak menguat dan pertumbuhan ekonomi mencapai lima persen. Erwin menambahkan, balance of payment juga tercatat bagus, rasio utang terjaga, dan 90 persen utang pemerintah merupakan jangka panjang. 

"Ekonomi kita sedang tumbuh, tidak ada alasan untuk ngerem.  Untuk defense nilai tukar, BI naikin BI rate. Penting bagi BI untuk melakukan respons," ucap Erwin. 

Meskipun begitu, Erwin memastikan pandangan BI terhadap ekonomi Indonesia secara fundamental jangka panjang tidak berubah. Dia menuturkan, BI rate bukan satu-satunya kebijakan yang menggambarkan stance kebijakan BI. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juli Budi Winantya mengungapkan kondisi ekonomi Indonesia masih berdaya tahan.  Juli menilai permintaan domestik masih akan menjadi pendorong. 

"Konsumsi masih kuat, memang kalau dibandingkan secara historis lebih rendah. Investasi bangunan ita perkirakan tumbuh lebih baik sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan," jelas Juli. 

Untuk itu, Juli memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen. Juli memastikan Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement