Ahad 24 Sep 2023 08:10 WIB

Yen Tertekan Seusai Bank of Japan Tahan Suka Bunga Acuan

Bank of Japan mempertahankan suku bunga negatif.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Bendera Jepang berkibar di kantor pusat Bank of Japan di Tokyo pada 29 Juli 2022. Bank sentral Jepang pertahankan suku bunga acuan.
Foto: AP Photo/Shuji Kajiyama
Bendera Jepang berkibar di kantor pusat Bank of Japan di Tokyo pada 29 Juli 2022. Bank sentral Jepang pertahankan suku bunga acuan.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda meredam spekulasi kenaikan suku bunga jangka pendek setelah bank sentral memilih untuk menggunakan stimulus ultra-longgarnya. Adapun keputusan ini membuat tekanan terhadap yen.

Seperti dilansir dari laman Bloomberg, Ahad (24/9/2023), Bank of Japan mempertahankan suku bunga negatif dan parameter program pengendalian kurva imbal hasil pada Jumat. Mereka juga mempertahankan janji untuk menambah stimulusnya tanpa ragu-ragu jika diperlukan.

Baca Juga

Gubernur Kazuo Ueda mengatakan jarak dari kemampuan untuk menyesuaikan suku bunga negatif tidak banyak berubah. “Karena kita tidak berada dalam keadaan, inflasi disertai dengan pertumbuhan upah inflasi yang berkelanjutan dan stabil sudah terlihat, kami dengan sabar melanjutkan pelonggaran moneter berdasarkan kerangka yang ada saat ini,” katanya.

Mata uang Jepang melemah mendekati level terendah dalam 10 bulan berada level 148,46 terhadap dolar ketika Ueda berbicara, namun tidak menunjukkan percepatan penurunan yang memicu intervensi pemerintah setahun yang lalu.

Imbal hasil obligasi acuan 10-tahun tetap tidak berubah selama pengarahan, setelah kembali ke level 0,745 persen setelah turun menyusul keputusan BOJ pada hari sebelumnya. Ueda berhasil melakukan cukup untuk menyeimbangkan kebutuhan untuk mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga tanpa membebani mata uang.

Namun kesimpulannya bahwa Bank of Japan akan melanjutkan status outlier-nya di antara bank-bank sentral dalam memicu inflasi, sebuah sikap yang tampaknya akan menjaga yen tetap dalam lubang sementara Federal Reserve tetap membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lagi yang akan datang tahun ini.

Negara-negara besar lainnya termasuk AS telah melakukan segala upaya untuk menghapuskan inflasi dalam beberapa tahun terakhir. Sebaliknya, Jepang melihat peningkatan inflasi dan upah yang stabil sebagai tujuan utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

“Konferensi pers menegaskan bahwa sikap kebijakan Ueda belum berubah. Tidak ada tanda-tanda untuk menjadi lebih positif dalam mengakhiri tingkat suku bunga negatif,” Kepala Penelitian Jepang di Societe Generale SA di Tokyo Jin Kanzaki. 

Mata uang tersebut kini melampaui level yang mendorong Jepang melakukan intervensi di pasar valuta asing pada September lalu. Diukur terhadap sejumlah besar mata uang dan disesuaikan dengan inflasi, nilai tukar berada pada rekor terlemahnya pada bulan Agustus dengan menggunakan data 1970.

Keputusan The Fed untuk mempertahankan suku bunga dan menyampaikan kemungkinan kenaikan suku bunga lagi telah mendorong mata uang Jepang ke level terendah 10 bulan pada awal minggu ini. Kesenjangan yang besar antara suku bunga di Jepang dan Amerika merupakan salah satu faktor utama yang mendorong melemahnya yen terhadap dolar.

Meskipun otoritas keuangan telah memperingatkan bahwa mereka siap kembali memasuki pasar, sebuah pesan yang ditegaskan kembali oleh Perdana Menteri Fumio Kishida dan Menteri Keuangan Shunichi Suzuki menjelang keputusan tersebut. Langkah kebijakan yang diambil oleh BOJ kemungkinan akan berbuat lebih banyak untuk membendung gelombang tersebut.

Data ekonomi pada hari sebelumnya menunjukkan inflasi sedikit lebih cepat dari konsensus pada Agustus karena berada di atas target Bank of Jalan pada bulan ke-17, sebuah hasil yang menambah keraguan terhadap pernyataan bank sentral bahwa pertumbuhan harga akan melambat dan stimulus perlu dilanjutkan. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement