Senin 24 Mar 2025 13:16 WIB

Bank of Japan Siap Naikkan Suku Bunga, Meski Terancam Rugi Triliunan Yen  

Bank sentral akan terus menaikkan suku bunga jika target inflasi intinya tercapai.

Rep: Dian Fath Risalah  / Red: Gita Amanda
Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda, pada Senin (24/3/2025), mengatakan bank sentral akan terus menaikkan suku bunga jika target inflasi intinya kemungkinan tercapai. (ilustrasi)
Foto: techgenie.com
Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda, pada Senin (24/3/2025), mengatakan bank sentral akan terus menaikkan suku bunga jika target inflasi intinya kemungkinan tercapai. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda, pada Senin (24/3/2025), mengatakan bank sentral akan terus menaikkan suku bunga jika target inflasi intinya kemungkinan tercapai, meskipun ada potensi kerugian dari kepemilikan obligasi pemerintahnya.  

"Kami telah mengatakan kami akan terus menyesuaikan tingkat pelonggaran moneter jika inflasi inti kemungkinan mendekati dua persen," kata Ueda di parlemen ketika ditanya tentang dampak kerugian dari kepemilikan besar obligasi pemerintah Jepang oleh BOJ dikutip dari Reuters.  

Baca Juga

"Tujuan kebijakan kami adalah mencapai stabilitas harga, dan pelaksanaan kebijakan kami tidak akan terganggu oleh pertimbangan terhadap keuangan BOJ," tambahnya.  

BOJ pada Desember lalu merilis estimasi mengenai bagaimana kenaikan suku bunga di masa depan dapat memengaruhi pendapatan bank sentral. Hasilnya menunjukkan BOJ diperkirakan akan mengalami kerugian hingga sekitar dua triliun yen (sekitar Rp 199,8 triliun) jika biaya pinjaman jangka pendek naik menjadi dua persen.  

Dalam enam bulan hingga September tahun lalu, kepemilikan obligasi bank sentral mencatatkan rekor kerugian valuasi sebesar 13,66 triliun yen (sekitar Rp 1.364 triliun), sementara kepemilikan dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) mencatat keuntungan kertas sebesar 33,07 triliun yen (sekitar Rp 3.303 triliun).  

Ketika ditanya tentang dampak anjloknya pasar saham terhadap kepemilikan ETF BOJ, Ueda mengatakan bahwa penurunan 1.000 poin dalam indeks saham utama Jepang, Nikkei 225, akan menyebabkan kerugian valuasi sekitar 1,8 triliun yen (sekitar Rp 179,8 triliun).  Pekan lalu, BOJ mempertahankan suku bunga tetap dan memperingatkan meningkatnya ketidakpastian ekonomi global. Hal ini menunjukkan bahwa waktu kenaikan suku bunga berikutnya akan sangat bergantung pada dampak potensial dari kenaikan tarif AS.  

Namun, Ueda juga mengatakan saat itu bahwa meningkatnya harga pangan serta pertumbuhan upah yang lebih kuat dari perkiraan dapat mendorong inflasi inti naik lebih lanjut. Hal ini menyoroti perhatian bank sentral terhadap meningkatnya tekanan harga domestik.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement