REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan restoran siap saji McDonald's menaikkan biaya royalti untuk restoran waralaba baru di AS dan Kanada. Kenaikan ini merupakan yang pertama kalinya dalam hampir tiga dekade dan menjadikannya setara dengan tarif di pasaran.
Berdasarkan surat edaran yang diterima Reuters, biaya royalti dinaikkan menjadi lima persen dari sebelumnya empat persen. Tarif baru tersebut berlaku mulai 1 Januari dan tidak akan mempengaruhi waralaba yang ingin membangun kembali atau merenovasi lokasi yang ada atau mengalihkan gerai ke pihak lain.
Langkah ini dilakukan ketika jaringan restoran tersebut melihat pertumbuhan pendapatan yang melambat selama sisa tahun ini. Meredanya inflasi telah mendorong McDonald's untuk menurunkan harga menu.
Namun, analis Northcoast Research, Jim Sanderson, mengatakan dampak kenaikan tarif terhadap pendapatan McDonald's akan sangat terbatas. Hal tersebut lantaran hanya ada sedikit toko baru yang dibuka di Amerika Serikat.
Raksasa makanan cepat saji ini mengoperasikan sekitar 13.400 toko di seluruh Amerika Serikat. Sekitar 95 persen di antaranya dioperasikan oleh pewaralaba pada 31 Desember, yang menyumbang hampir 30 persen dari total pendapatan perusahaan pada 2022.
Arus kas rata-rata untuk pewaralaba AS ini telah tumbuh lebih dari 35 persen selama lima tahun terakhir. Perusahaan juga akan mengubah istilah pembayaran dari biaya layanan menjadi biaya royalti, yang digunakan oleh semua pasar McDonald's lainnya di seluruh dunia.