Selasa 19 Sep 2023 14:47 WIB

Tinjau Tanah Abang, Menkop Ungkap Penjualan Turun Hingga 50 Persen Lebih

Sudah banyak pedagang yang beralih dari jualan offline ke online.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meninjau para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Foto: Republika/ Iit Septyaningsih
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meninjau para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meninjau para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Selasa (19/9/2023). Ia ingin melihat langsung kondisi pasar di tengah maraknya perdagangan online.

"Ke Pasar Tanah Abang, saya sudah mendengar yang terdampak. Saya tadi sudah keliling, penurunan (penjualannya) rata-rata di atas 50 persen," ujar Teten kepada wartawan usai berbincang dengan para pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta.

Baca Juga

Ia menambahkan, telah berdiskusi pula dengan para pedagang mengenai transformasi digital. Ternyata, kata dia, sudah banyak pedagang yang beralih dari jualan offline ke online.

Hanya saja, tegasnya, para penjual tersebut tidak bisa bersaing. "Tadi saya diskusi dengan PD Pasar Jaya, ini terjadi penurunan kemungkinan bisa permanen penurunannya," tutur dia.

Sebenarnya, sambung Teten, permintaan masih ada. Terutama pada beberapa waktu tertentu seperti momentum lebaran maupun akhir tahun, tapi kata dia, bisa dipastikan dampaknya terhadap penjualan di Pasar Tanah Abang permanen. 

"Jadi ini kesalahan pasar offline seperti Tanah Abang bukan masalahnya offline kalah dengan penjualan online. Itu karena, mereka sudah coba juga jualan di online," jelasnya.

Teten menyimpulkan, para pedagang itu tidak bisa bersaing di pasar online karena ada produk impor yang dijual dengan harga sangat murah. Maka, sambung dia, perlu ada aturan soal masuknya barang impor ke dalam negeri.

"Apakah produk konsumen good yang masuk ilegal atau kita memang terlalu rendah terapkan tarif bea masuk. Apakah terlalu longgar, tidak ada pembatasan produk apa saja yang boleh masuk," ujar Teten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement