REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendorong pengembangan jasa industri guna mendukung kebijakan industrialisasi berbasis hilirisasi industri. Perlu diketahui, jasa industri merupakan industri yang berperan sebagai faktor pemungkin bagi pengembangan industri andalan secara efektif, efisien, integratif dan komprehensif.
Pemerintah menilai, jasa industri dapat menunjang kegiatan sektor industri pengolahan serta sektor lainnya untuk memberikan kontribusi tinggi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. “Seperti halnya pada jasa logistik dan distribusi industri memiliki potensi yang tinggi untuk mendukung program hilirisasi industri,” kata Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin Doddy Rahadi di Jakarta, Jumat (15/9/2023).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, sektor transportasi dan pergudangan pada 2022 tumbuh paling tinggi, hingga mencapai 19,87 persen. Diperkirakan, logistik sektor industri pengolahan menjadi potensi yang paling besar pada 2023.
Selain jasa logistik industri, terdapat jasa lain yang berpotensi menjadi pendorong proses hilirisasi. Di antaranya jasa pengepakan guna peningkatan nilai tambah produk, desain produk industri, kegiatan riset dan pengembangan produk-produk hilir, perawatan mesin dan peralatan industri, hingga jasa rancang bangun dan konstruksi industri yang menjadi potensi terbesar dalam peran jasa industri sebagai lokomotif pembangunan industri hilir di Indonesia.
Jasa Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) atau jasa rancang bangun dan konstruksi industri pun menjadi salah satu jasa yang sangat dibutuhkan dalam membangun infrastruktur fasilitas pengolahan bahan mentah menjadi beragam produk yang memiliki nilai tambah tinggi. Pemerintah melalui Kemenperin berkomitmen terus mendukung pelaku Jasa industri EPC nasional dalam mengerjakan proyek-proyek pembangunan industri baru maupun perluasan industri.
Terlebih, jasa EPC di Indonesia memiliki peluang yang semakin besar dengan adanya potensi investasi bernilai sebesar 44,9 miliar dolar AS untuk proyek pembangunan industri petrokimia dan 54,64 miliar dolar AS untuk proyek pembangunan industri pengolahan logam. ”Harapannya ke depan jasa industri dapat memberikan nilai tambah tinggi pada produk hilir dengan cara meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan," tutur dia.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam kesempatan sebelumnya menyampaikan, hilirisasi industri merupakan salah satu kebijakan yang menjadi fokus sejak awal kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Hilirisasi dinilai menjadi peluang bagi Indonesia untuk meraih kemajuan, dengan kekayaan sumber daya alam (SDA) yang dimiliki, termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan (EBT).
Guna mengoptimalkan peningkatan nilai tambah dengan mengolah komoditas menjadi produk-produk hilir, Kemenperin melakukan berbagai langkah menghadirkan industri. Di antaranya melalui promosi investasi bagi produk hilir termasuk dengan insentif fiskal dan nonfiskal, perluasan kerja sama internasional untuk mengisi pasar ekspor baru, serta memperkuat kemampuan negosiasi dan posisi dalam upaya menghadapi tekanan dari perdagangan dan diplomasi internasional.