Kamis 24 Aug 2023 12:07 WIB

Holding RS BUMN Hadirkan Alat Pendeteksi Kanker di BIH

Alat ini masih terbatas di RI sehingga masyarakat sulit deteksi kanker dengan cepat.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meninjau progres pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (6/7/2023).
Foto: dok. Republika
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meninjau progres pembangunan kawasan ekonomi khusus (KEK) kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (6/7/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Holding Rumah Sakit BUMN, PT Pertamina Bina Medika-Indonesia Healthcare Corporation (IHC) menghadirkan alat pendeteksi kanker di Bali International Hospital (BIH) untuk menekan kasus kematian akibat kanker di Indonesia.

"Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan alat canggih itu, kami akan mengupayakan kerja sama dengan BPJS Kesehatan," kata Direktur Utama Pertamina Bina Medika Mira Dyah Wahyuni di Denpasar, Kamis (24/8/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, alat tersebut adalah positron emission tomography (PET) scan, pemindai yang mendeteksi dini dan diagnosis kanker. Menurut dia, banyak kasus kanker dapat dicegah menjadi stadium tinggi dengan deteksi dini dan ketepatan diagnosis kanker melalui PET Scan. Dia mengeklaim alat canggih itu masih terbatas di Tanah Air, sehingga masyarakat masih kesulitan mendapatkan pelayanan yang cepat dan tepat terkait penyakit kanker.

Mira menambahkan, layanan onkologi terpadu dengan kelengkapan alat tersebut diharapkan dapat memenuhi misi untuk berkontribusi membangun ekosistem kesehatan masyarakat Indonesia. Ia mengharapkan rumah sakit internasional yang berada di kawasan ekonomi khusus (KEK) kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali, itu menjadi pusat pelayanan kesehatan di Indonesia.

"Dengan menyediakan layanan PET scan, kami berharap dapat memberikan akses kesehatan yang merata," katanya.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), angka kejadian penyakit kanker di Indonesia pada 2018 mencapai 136,2 per 100.000 penduduk yang berada di urutan delapan di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke-23. Sedangkan, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Kemenkes, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada 2018.

BIH memiliki luas sekitar lima hektare, dari total luas KEK Kesehatan Sanur mencapai 41,26 hektare. Rencananya, RS itu memiliki empat lantai dan dilengkapi 260 bangsal serta berkonsep ramah lingkungan.

Pemerintah mengharapkan fasilitas di KEK Kesehatan itu meningkatkan perekonomian sekaligus meningkatkan fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia. Berdasarkan data Dewan Nasional KEK pada 2030 diproyeksikan sekitar 4-8 persen penduduk Indonesia atau kisaran 123-240 ribu orang yang sebelumnya berobat ke luar negeri menjadi berobat Tanah Air, salah satunya di BIH.

Secara nominal, hingga tahun 2045 total penghematan devisa yang diharapkan mencapai Rp 86 triliun dan total penambahan devisa pada periode yang sama mencapai Rp 19,6 triliun. Dewan Nasional KEK juga menyebutkan KEK Kesehatan Sanur memiliki nilai investasi sebesar Rp10,2 triliun dengan target serapan tenaga kerja diperkirakan sebanyak 43.647 orang.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement