REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyatakan, rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena data klaim pengangguran mingguan AS turun lebih dari yang diperkirakan dan mengindikasikan ketahanan di pasar tenaga kerja. Data klaim pengangguran AS menurun 12 ribu menjadi 239 ribu dibandingkan dari minggu sebelumnya sebesar 250 ribu, dan lebih rendah dari ekspektasi sebesar 240 ribu.
“Pasar tenaga kerja yang kuat memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga. Data tenaga kerja yang kuat juga datang tepat setelah risalah pertemuan Fed pada Juli 2023 yang menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan mendukung suku bunga lebih tinggi untuk mengekang inflasi yang kaku,” ujar Ibrahim Assuaibi dalam keterangan di Jakarta, Jumat (18/8/2023).
Lebih lanjut, data terbaru juga menunjukkan inflasi AS naik pada bulan Juli 2023 menjadi 3,2 persen. “Meningkatnya, atau bahkan suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia karena kesenjangan antara imbal hasil berisiko dan berisiko rendah menyempit. Benchmark imbal hasil Treasury AS diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak krisis keuangan 2008,” ungkap Ibrahim.
Untuk perdagangan Senin (21/8), mata uang rupiah diprediksi bergerak fluktuatif, tetapi ditutup menguat direntang Rp 15.240- Rp 15.350 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan Jumat, rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,06 persen atau 9 poin menjadi Rp 15.290 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.281 per dolar AS.