Jumat 18 Aug 2023 14:19 WIB

Rupiah tak Bisa Dipalsukan, BI: Ada Teknologi Tersembunyi

Rupiah didesain dengan teknologi khusus yang tidak bisa dideteksi oleh mesin lain.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) berbicara dengan dua anak yang menjadi model gambar pada pecahan uang kertas Rp75.000 dalam Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Istora Senayan, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (18/8/2023). Acara yang digelar oleh Bank Indonesia hingga 20 Agustus 2023 tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran pentingnya Rupiah dalam sejarah bangsa sekaligus menumbuhkan optimisme, semangat kebangsaan, dan memperkuat kedaulatan negara melalui Rupiah.
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (tengah) berbicara dengan dua anak yang menjadi model gambar pada pecahan uang kertas Rp75.000 dalam Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Istora Senayan, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Jumat (18/8/2023). Acara yang digelar oleh Bank Indonesia hingga 20 Agustus 2023 tersebut bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran pentingnya Rupiah dalam sejarah bangsa sekaligus menumbuhkan optimisme, semangat kebangsaan, dan memperkuat kedaulatan negara melalui Rupiah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memastikan uang rupiah tidak bisa dipalsukan karena untuk mencetak menggunakan teknologi canggih yang hanya diketahui oleh bank sentral.

“Pemalsuan rupiah tidak akan bisa mirip dari sisi apa pun,” kata Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim saat ditemui seusai kegiatan Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (Ferbi) di Jakarta, Jumat (18/7/2023).

Baca Juga

Marlison menjelaskan, terdapat tiga level tingkatan dalam mendeteksi keaslian uang rupiah. Pertama, dari sisi yang kasat mata dan bisa dirasakan saat diraba. Kedua, dari sisi cash holder atau penggunaan uang yang dilengkapi dengan teknologi ultraviolet.

Adapun level ketiga yaitu teknologi pada titik-titik tertentu yang hanya diketahui oleh BI.

“Untuk level pertama yang diraba dan dilihat saja sangat mudah membedakan mana yang uang asli dan mana yang uang palsu, belum ke level-level yang lain,” kata Marlison.

Terlebih, kata Marlison, proses pencetakan uang melibatkan tinta khusus yang tidak diperjualbelikan secara bebas serta mesin cetak yang juga khusus dan terbatas. Menurut Marlison, proses tersebut membuat aksi pemalsuan uang makin sulit dilakukan.

Dia mengatakan modus pemalsuan uang umumnya sangat konvensional, hanya menggunakan laser printer dengan kertas biasa. Sementara rupiah didesain dengan teknologi khusus yang tidak bisa dideteksi oleh mesin lain untuk dicetak ulang, seperti melalui mesin fotokopi.

“Kalau hanya sekadar print laser, itu sudah tidak akan bisa. Kalau rupiah difotokopi, meski berwarna, tapi ada teknologi terkini yang kalau keluar hasilnya berwarna hitam. Karena di dalamnya ada sebuah teknologi tersembunyi,” ujar dia.

Marlison mengakui kasus pemalsuan uang marak terjadi, termasuk di berbagai negara lainnya. Namun, dia yakin rupiah aman dari risiko pemalsuan uang.

“Kalau pemalsuan itu di setiap negara selalu ada, tetapi kalau rupiah itu sudah tidak akan bisa,” kata Marlison.

Desain keamanan pada uang rupiah juga diakui dalam taraf global. Hal itu tecermin pada penobatan seri uang kertas baru terbaik di dunia oleh International Association of Currency Affairs (IACA) terhadap uang rupiah tahun emisi 2022.

Prestasi tersebut berhasil diraih rupiah karena inovasi dan keunikan fitur keamanan, integrasi unsur sejarah dengan konten lokal yang berkaitan dengan negara penerbit, efektivitas dari integrasi fitur keamanan, serta estetika tampilan dan desain uang kertas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement