Kamis 17 Aug 2023 16:45 WIB

Pabrik SIG Narogong Serap 400 Ton Sampah Gantikan Batu Bara

Pada 2030 SIG target mensubstitusi hingga 25 persen bahan bakar batu bara.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Fasilitas produksi Refuse Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar pengganti batu bara yang dihasilkan dari limbah sampah di pabrik semen PT Semen Indonesia Group Tbk (SIG) Plant Narogong, Jawa Barat.
Foto: Republika/Dedy Darmawan
Fasilitas produksi Refuse Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar pengganti batu bara yang dihasilkan dari limbah sampah di pabrik semen PT Semen Indonesia Group Tbk (SIG) Plant Narogong, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — PT Semen Indonesia Group Tbk (SIG) mulai mengembangkan penggunaan Refuse Derived Fuel (RDF) atau bahan bakar pengganti batu bara yang dihasilkan dari sampah rumah tangga dan industri. Adapun, salah satu subsitusi batu bara ini dilakukan di pabrik semen narogong milik PT Solusi Bangun Indonesia (SBI), anak usaha SIG. 

Direktur Manufaktur SBI, Soni Asrul Sani, mengatakan, hingga saat ini sedikitnya 300 ton hingga 400 ton sampah diserap Pabrik Narogong untuk dijadikan bahan baku batu bara. Pada tahun lalu, tercatat total 1,6 juta ton sampah berhasil diserap pabrik dan dimanfaatkan sebagai alternatif bahan bakar. Adapun jumlah tersebut setara 18 sampai 20 persen batu bara. 

Baca Juga

"Sampai 2030 kita punya target mensubstitusi hingga 25 persen dengan memasang berbagai fasilitas," kata Soni saat ditemui di area unit pengolahan sampah Pabrik Narogong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kemarin.

Ia menjelaskan, secara emisi penggunaan RDF dan batu bara tidak jauh berbeda. Namun, subsitusi penggunaan limbah sampah jauh lebih berdampak positif dalam efisiensi penggunaan batu bara yang makin lama akan habis. 

Di sisi lain, pembakaran limbah sampah di pabrik juga dilakukan di ruangan tertutup dengan suhu 1.800 derajat celcius sehingga tidak menyisakan residu. Berbeda dengan pembakaran sampah di tempat terbuka yang justru melepaskan emisi ke udara. 

"Kita punya perjalanan panjang dalam menggunakan bahan bakar alternatif dan terakhir yang sedang tren adalah RDF," kata Soni. 

Di tempat yang sama, Kepala Divisi Nathabumi SBI, Budi Yuliadi Nugraha, menjelaskan dari 400 ton sampah yang diserap setiap hari, sekitar 30 ton–40 ton bersumber dari TPS Bantargebang dan sisanya dari sampah industri yang telah menjadi mitra perusahaan sebagai pemasok. Saat ini, Pabrik Narogong telah siap meningkatkan penyerapan sampah dari Bantargebang hingga 75 ton per hari dengan harga 24 dolar AS per ton karena telah melalui pengelolaan dan pencacahan di TPS. Sementara untuk sampah industri, SBI tidak mengeluarkan biaya. 

"Dari industri tidak karena sampah yang dikirim masih berupa mentahan dan kita harus olah dulu, kalau dari Bantargebang kita sudah siap campur dengan batu bara," kata Budi. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement