Senin 14 Aug 2023 15:18 WIB

OJK: Ada Transisi Orientasi Perekonomian Indonesia

BPS mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal II 2023 mencapai 5,17 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan saat ini terjadi transisi orientasi perekonomian Indonesia.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Logo Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan saat ini terjadi transisi orientasi perekonomian Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan saat ini terjadi transisi orientasi perekonomian Indonesia. Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, transisi perekonomian Indonesia saat ini memiliki struktur yang makin berbasis pada perekonomian domestik.

"Pada gilirannya adalah rantai pasok yang berorientasi kepada pertumbuhan konsumsi masyarakat," kata Mahendra dalam Acara LIKE IT Generasi Muda Pelaku Usaha di Jakarta, Senin (14/8/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, pertumbuhan perekonomian Indonesia yang diukur pada kuartal II 2023 terdapat tingkat pertumbuhan PDB sebesar 5,17 persen. Menurutnya, angka tersebut jauh lebih tinggi atau relatif lebih tinggi dari konsensus pasar yaitu 4,93 persen.

Mahendra menegaskan, yang paling penting dalam tingkat pertumbuhan pada kuartal II 2023 tersebut adalah perubahan mendasar pada mesin utama pertumbuhan. Mahendra menyebut, pada 2022, mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu ekspor.

Dia mengatakan, eskpor Indonesia tumbuh tinggi karena harga komoditas produk utama Indonesia melonjak tinggi. Sementara pada kuartal II 2023, basis pertumbuhan ekonomi Indonesia yakni konsumsi masyarakat atau rumah tangga yang mencapai 5,23 persen dan investasi yang meningkat dengan 4,63 persen.

"Dua mesin pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan investasi ini adalah 80 persen dari PDB Indonesia. Dibandingkan dengan ekspor yang walaupun tahun lalu tinggi tapi sebenarnya secara potensi pertumbuhan merupakan 20 persen dari PDB Indonesia," jelas Mahendra.

Mahendra menilai, perekonomian berbasis pertumbuhan pada konsumsi rumah tangga dan investasi untuk Indonesia akan terus meningkat. Dia menilai, hal tersebut jauh lebih berkelanjutan.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2023 dibandingkan periode yang sama pada 2022 tumbuh 5,17 persen. Konsumsi rumah tangga masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2023.

"Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen ini terutama didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh positif pada kuartal II 2023," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, Senin (7/8/2023).

BPS mencatat konsumsi rumah tangga pada pertumbuhan ekonomi periode April 2023 hingga Juni 2023 mencapai 53,31 persen. Selain pertumbuhan konsumsi rumah tangga, komponen lain yang menyumbang pertumbuhan ekonomi adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi yang tumbuh 4,63 persen secara tahunan dengan sumbangan pada PDB kuartal II 2023 sebesar 27,90 persen.

Konsumsi pemerintah pada kuartal II 2023 juga memberi kontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi. "Konsumsi pemerintah tumbuh 10,52 persen secara tahunan dengan sumbangan pada PDB sebesar 7,51 persen," ujar Edy.

Edy konsumsi rumah tangga meningkat didorong adanya beberapa perayaan hari besar keagamaan pada kuartal II 2023. Beberapa di antaranya seperti Bulan Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.

Tak hanya itu, tunjangan hari raya dan gaji ke-13 juga mendorong konsumsi rumah tangga. "Daya belinya ada tambahan pendapatan yaitu THR dan gaji ke-13 yang dibayarkan pada kuartal II 2023," kata Edy.

Dia menambahkan, peningkatan konsumsi rumah tangga juga tercermin dari peningkatan mobilitas masyarakat selama periode libur keagamaan maupun libur sekolah. Edy mengatakan, mobilitas masyarakat cukup tinggi selama masa libur pada kuartal II 2023. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement