Ahad 09 Jul 2023 11:04 WIB

Konsumen Keberatan Ada Biaya Tambahan QRIS, Pembeli: Kasihan Pedagangnya

Kebijakan ini juga bisa membuat minat jajan di UMKM jadi berkurang.

Rep: Mgrol148/ Red: Lida Puspaningtyas
Konsumen sedang bercengkrama di kedai makanan minuman yang terdampak kenaikan biaya layanan QRIS.
Foto: Mgrol148
Konsumen sedang bercengkrama di kedai makanan minuman yang terdampak kenaikan biaya layanan QRIS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak dari kenaikan Merchant Discount Rate (MDR) tidak hanya menimbulkan kekhawatiran pada pedagang, tapi juga pembeli. Konsumen yang biasa membayar QRIS jadi pikir-pikir kembali jika ingin menggunakannya.

Bagi konsumen, adanya tambahan harga juga akan menjadi beban. Konsumen akan berpikir dua kali untuk membelinya. Ini karena menggunakan QRIS bisa jadi tambahan harga jual, atau mengurangi omset pedagang.

Baca Juga

Salah satu pelanggan kedai kopi bernama Aulia Syifa merasa keberatan dan kasihan terhadap para penggiat UMKM yang berusaha agar usahanya berkembang. “Ya kasihan gitu sama pedagang, terlebih ini dibebankan pada para pedagang gitu, untung yang mereka dapat kan jadi kepotong juga," Katanya saat diwawancara di salah satu kedai Ponyo di daerah Lubang Buaya, akhir pekan ini.

Ia sangat menyayangkan kenaikan tarif ini karena bisa mengubah semua harga yang ada di pasar. Ini karena bisa saja pedagang membebankan kepada konsumen, jadi harga yang harus dibayarkan ikut naik juga. Meski kebijakan merchant discount rate (MDR) QRIS menetapkan tidak boleh meneruskan biayanya ke konsumen.

“Ini kan jadi pro kontra ya, menurut saya ini akan berpengaruh ke harga jual yang ada, akan jadi naik sebab dari potongan ini enggak mungkin pedagang tidak berpikir hal demikian,” lanjutnya.

Tentu hal ini bisa beresiko bagi pedagang UMKM yang akan menurun juga konsumennya bila naik secara masif seperti ini. Karena dalam jangka waktu yang tidak diketahui ini tentu akan ada kenaikan – kenaikan berikutnya.

Seorang konsumen yang suka bayar pakai QRIS, Tia Riana juga cukup menyayangkan kebijakan ini. Meski jumlahnya, menurutnya, tidak terlalu besar yakni 0,3 persen, tapi tetap ini akan punya pengaruh, apalagi pada masyarakat kecil.

"Antara dua ya, antara kita kasihan ke pedagang kalau misal harga produk tidak naik, atau ya kita yang harus bayar lebih karena dibebankan pada kita," katanya.

Ia mencontohkan, biaya saat membeli makanan secara online jadi lebih tinggi daripada kalau beli secara langsung. Beda harga itu memang kini hal lumrah, tapi bisa jadi bukan tanda kenaikan tingkat konsumsi yang sesungguhnya.

Menurutnya, kenaikan MDR QRIS bisa malah kontradiktif dengan gerakan tanpa tunai atau cashless yang selama ini digaungkan pemerintah. Lebih baik masyarakat beli pakai uang tunai lagi saja. Ini juga bisa membuat minat jajan di UMKM jadi berkurang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement