Sabtu 24 Jun 2023 23:55 WIB

AP II Ungkap Lima Tantangan Sektor Penerbangan di Masa Mendatang

AP II optimistis Indonesia mampu mengatasi tantangan di industri penerbangan.

Seekor burung pipit dengan latar pesawat udara komersil yang tidak beroperasional, di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatera Barat, Sabtu (25/4/2020).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Seekor burung pipit dengan latar pesawat udara komersil yang tidak beroperasional, di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman, Sumatera Barat, Sabtu (25/4/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Angkasa Pura II (AP II) mengungkapkan lima tantangan sektor penerbangan dunia, termasuk di Indonesia pada masa mendatang. Tantangan pertama adalah pertumbuhan jumlah penumpang pesawat.

Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin mengatakan, jumlah penumpang pesawat di Indonesia diyakini terus tumbuh. Data IATA (International Air Transport Association) menyebutkan pada tahun 2018 Indonesia merupakan pasar penerbangan terbesar ke-10 di dunia.

Baca Juga

Pertumbuhan penumpang pada tahun 2028 naik menjadi terbesar ke-5 di dunia, kemudian pada tahun 2038 naik kembali menjadi terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penumpang pesawat mencapai 451 juta penumpang.

Hal itu dikatakan dalam seminar nasional Sustainable Smart Transportation Menuju Indonesia Emas 2045 yang digelar oleh Forum Studi Transportasi antar Perguruan Tinggi (FSTPT) di Universitas Negeri Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (24/6/2023).

"Ekosistem sektor transportasi udara harus benar-benar siap, terkait pola distribusi, suplai, angkutan kargo hingga kaitannya dengan pariwisata," lanjut Awaluddin.

Selanjutnya tantangan kedua adalah pengembangan teknologi, baik di bandara maupun di pesawat.

Menurut Awaluddin, pengembangan bandara dengan konsep smart airport tentunya tidak bisa dihindari dan ini sudah dilakukan AP II sejak 2016. Pengembangan teknologi yang diharapkan ke depannya juga terkait operasional pesawat, yakni penggunaan pesawat listrik (electric) dan hybrid.

Tantangan ketiga terkait dengan peningkatan aspek operasional dan infrastruktur guna berdampak pada peningkatan kapasitas bandara dan load factor di setiap penerbangan, termasuk juga peningkatan pelayanan dan operasional.

Adapun tantangan keempat dan kelima terkait dengan lingkungan, yakni penggunaan sustainable aviation fuel (SAF) sebagai bahan bakar ramah lingkungan dan terkait dengan emisi karbon. Awaluddin menekankan bahwa sektor penerbangan nasional harus memperhatikan keberlanjutan.

Bandara AP II sudah mulai menggunakan energi baru terbarukan (EBT) di sejumlah bandara. Pada tahun 2021-2028 di 20 bandara AP II akan dioperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas total 26 megawatt peak (MWp).

Ia optimistis sektor penerbangan nasional mampu menghadapi tantangan-tantangan tersebut. "Tantangan yang ada dapat dihadapi dengan pengembangan ekosistem penerbangan yang terdiri atas air transport, travel, dan tourism. Pengembangan ekosistem penerbangan ini dapat dilakukan dengan konsep Indonesia Aviaconomics," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement