REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai keputusan the Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada level 5,0-5,25 persen merupakan hal positif terhadap kestabilan perekonomian global, termasuk Indonesia. Hal ini menandakan suku bunga di negara berkembang tidak mengalami kenaikan secara signifikan.
Direktur Eksekutif Celios Bhima Yudhistira mengatakan, negara berkembang termasuk Indonesia semestinya tidak menaikkan suku bunga acuannya pasca-the Fed mempertahankan.
“Jadi, hal positif dan baik terhadap kestabilan perekonomian global termasuk Indonesia. Ini menandakan suku bunga di negara berkembang tidak mengalami kenaikan signifikan, bisa ditahan Bank Indonesia tidak menaikkan suku bunga,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (15/6/2023).
Bhima menyebut, keputusan the Fed juga mampu menjaga daya beli terutama sektor konsumsi negara tujuan ekspor, seperti Amerika Serikat dan Eropa.
“Artinya, tidak ada gejolak yang berlebihan, bisa juga mendorong penetrasi ekspor, diharapkan surplus perdagangan tetap terjaga dengan kualitas cukup baik,” katanya.
Dikutip dari Reuters, Rabu (14/6/2023), Ketua Fed Jerome Powell menggambarkan pertumbuhan AS dan pasar kerja bertahan lebih baik dari yang diharapkan di bawah beban pengetatan kebijakan moneter agresif tahun lalu. Hal itu memunungkinkan the Fed terus berjuang untuk menurunkan inflasi.
Powell menuturkan, memungkinkan Fed mengumpulkan lebih banyak informasi sebelum menentukan apakah suku bunga perlu dinaikkan lagi untuk menemukan titik akhir yang tepat yang memperlambat kenaikan harga sambil meminimalkan kenaikan apa pun. Setelah satu tahun banyak ekonom dan analis berpendapat resesi sudah dekat.
Selain itu, juga ekonomi akan retak di bawah proyeksi kuartal the Fed terbaru. “Perkiraan pertumbuhan naik sedikit, perkiraan pengangguran turun sedikit, perkiraan inflasi naik," ujar Powell.