REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Bank sentral AS, The Federal Reserve, menaikkan suku bunga 0,25 persen menjadi 5-5,25 persen pada pertemuan terakhir. Namun, peperangan melawan inflasi masih belum berakhir mengingat adanya kenaikan harga yang cepat.
Pada Jumat (12/5/2023) kemarin Gubernur Federal Reserve Philip Jefferson bersama Presiden Fed St Louis James Bullard menyampaikan adanya sejunlah ketidakpastian perihal kenaikan suku bunga akan berhenti pada bulan seperti yang diharapkan oleh sebagian masyarakat secara luas. Sebelumnya, pada Jumat pagi waktu setempat, Gubernur Federal Reserve Michelle Bowman, mengisyaratkan bahwa pengetatan kebijakan lebih lanjut mungkin masih tepat, kecuali jika inflasi turun lebih meyakinkan.
The Fed telah menaikkan suku bunga acuan lima poin persentase penuh selama 14 bulan terakhir, yang merupakan laju pengetatan tercepat dalam 40 tahun. Inflasi dengan ukuran yang disukai Fed telah berkurang dari tujuh persen dari musim panas lalu menjadi 4,2 persen. Padahal, jumlah pengangguran diperkirakan akan terus meningkat lantaran melonjaknya biaya pinjaman justru turun menjadi 3,4 persen dan menjadi yang terendah sejak 1969.
"Apakah inflasi masih terlalu tinggi? Ya," kata Jefferson pada konferensi kebijakan moneter di Hoover Institution dikutip dari Reuters, Sabtu (13/5/2023).
"Apakah disinflasi saat ini tidak merata dan lebih lambat dari yang kita inginkan? Ya. Namun saya melihat bahwa kita 'melakukan apa yang perlu atau diharapkan' dari kita, saya menilai kita memang sedang "di jalur" yang benar," sambungnya.
Jefferson menilai bahwa rangkaian kegagalan bank regional mungkin hanya akan memiliki efek pengetatan ringan pada kondisi kredit. Dia tidak memberikan pandangannya tentang kemungkinan jeda. Pernyataan Jefferson tersebut sangat menarik perhatian khusus setelah dia dinominasikan pada hari sebelumnya oleh Presiden AS Joe Biden untuk menjadi wakil ketua Fed berikutnya.
Sementara Ketua Fed Jerome Powell mengisyaratkan bank sentral dapat menghentikan kenaikan suku bunga lebih lanjut mengigat dampak pengetatan di masa lalu, serta efek dari tekanan sektor bank baru-baru ini terhadap pinjaman dan kredit.