Selasa 09 May 2023 09:36 WIB

Harga Minyak Perpanjang Kenaikan karena Kekhawatiran Resesi Berkurang

Harga minyak Brent dan WTI sama-sama naik di atas 1,7 dolar AS.

Kilang minyak (ilustrasi). Harga minyak mentah mengalami kenaikan material, terangkat lebih dari dua persen, pada akhir perdagangan Senin (Selasa 9/5/2023) pagi WIB), karena kekhawatiran atas resesi ekonomi AS berkurang dan beberapa pedagang melihat penurunan minyak selama tiga pekan akibat kekhawatiran permintaan berlebihan.
Foto: AP Photo/Jeri Clausing
Kilang minyak (ilustrasi). Harga minyak mentah mengalami kenaikan material, terangkat lebih dari dua persen, pada akhir perdagangan Senin (Selasa 9/5/2023) pagi WIB), karena kekhawatiran atas resesi ekonomi AS berkurang dan beberapa pedagang melihat penurunan minyak selama tiga pekan akibat kekhawatiran permintaan berlebihan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak mentah mengalami kenaikan material, terangkat lebih dari dua persen, pada akhir perdagangan Senin (Selasa 9/5/2023) pagi WIB, karena kekhawatiran atas resesi ekonomi AS berkurang dan beberapa pedagang melihat penurunan minyak selama tiga pekan akibat kekhawatiran permintaan berlebihan.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni terangkat 1,82 dolar AS atau 2,55 persen, menjadi menetap di 73,16 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Baca Juga

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli bertambah 1,71 dolar AS atau 2,27 persen menjadi ditutup di 77,01 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Sentimen pasar yang optimis dipicu oleh laporan pasar tenaga kerja AS yang tangguh dan rebound saham bank-bank regional AS sebagian besar tetap tidak berubah.

Laporan pekerjaan AS yang sehat untuk April membantu minyak naik sekitar empat persen pada Jumat (5/5/2023) meskipun kekuatan pasar tenaga kerja dapat memaksa Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.

Brent telah mengakhiri pekan lalu dengan penurunan sekitar 5,3 persen, sementara minyak mentah AS anjlok 7,1 persen bahkan setelah rebound Jumat (5/5/2023). Kedua harga acuan tersebut turun selama tiga pekan berturut-turut untuk pertama kalinya sejak November.

"Rebound minyak (pada Senin) mengikuti kembalinya saham-saham energi di Wall Street Jumat lalu (5/5/2023) setelah AS melaporkan data pekerjaan yang kuat, yang meredakan kekhawatiran tentang resesi ekonomi yang akan segera terjadi," kata analis CMC Markets Tina Teng.

Pasar minyak terus pulih karena para pedagang bertaruh bahwa Amerika Serikat tidak akan jatuh ke dalam resesi, kata Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.

Aksi jual baru-baru ini sangat emosional, dan tampaknya pasar telah tenang, tambah Zernov.

Alasan sebenarnya minyak memantul kembali adalah harapan bahwa krisis perbankan regional dapat diatasi dan mungkin tidak sistemik, menurut Phil Flynn, analis senior di The Price Futures Group.

"Rebound besar pada saham PacWest Bank setelah pemotongan dividen dan kata-kata Warren Buffett pada rapat pemegang saham Berkshire Hathaway 2023, tampaknya membuat pasar tenang," kata Flynn.

Analis Goldman Sachs pada Sabtu (6/5/2023) mengatakan bahwa kekhawatiran atas permintaan jangka pendek dan peningkatan pasokan "berlebihan".

Putaran pemotongan produksi sukarela oleh beberapa anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, dimulai bulan ini dan kelompok tersebut mengadakan pertemuan berikutnya pada 4 Juni.

Sebelum itu, angka inflasi harga konsumen AS untuk April akan menjadi fokus pada Rabu (10/5/2023), berpotensi mempengaruhi sikap Fed terhadap keputusan suku bunga di masa mendatang.

Laporan pasar minyak bulanan terbaru OPEC akan dirilis pada Kamis (11/5/2023), akan memberikan pembacaan terbaru tentang prospek permintaan dan pasokan.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement