Jumat 28 Apr 2023 15:52 WIB

Konflik Sudan Ancam Pasokan Bahan Baku Minuman Soda, Permen, dan Kosmetik

Perusahaan yang bergantung pada bahan baku gum arabic telah menimbun persediaan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Asap terlihat di Khartoum, Sudan, Rabu, 19 April 2023. Konflik di Sudan mengancam pasokan gum arabic, yang merupakan bahan utama untuk membuat minuman soda, permen, dan kosmetik.
Foto: AP Photo/Marwan Ali
Asap terlihat di Khartoum, Sudan, Rabu, 19 April 2023. Konflik di Sudan mengancam pasokan gum arabic, yang merupakan bahan utama untuk membuat minuman soda, permen, dan kosmetik.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM -- Konflik di Sudan mengancam pasokan gum arabic, yang merupakan bahan utama untuk membuat minuman soda, permen, dan kosmetik. Sekitar 70 persen pasokan gum arabic berasal dari pohon akasia di wilayah Sahesocal yang melintasi Sudan.

Sejumlah perusahaan yang bergantung pada bahan baku gum arabic seperti Coca Cola dan PepsiCo telah lama menimbun persediaan. Bahkan beberapa perusahaan menyimpan antara tiga hingga enam bulan untuk menghindari kekurangan.  

Baca Juga

Konflik di Sudan sebelumnya cenderung terfokus di wilayah yang jauh seperti Darfur. Tapi kali ini, konflik pecah di Ibu Kota Khartoum sejak 15 April, sehingga melumpuhkan ekonomi dan mengganggu komunikasi dasar. 

Konflik dapat membuat pasokan gum arabic terganggu. Manajer Pengadaan di Kerry Group, yang merupakan pemasok gum arabic ke  sebagian besar perusahaan makanan dan minuman utama, Richard Finnegan, memperkirakan stok saat ini akan habis dalam lima hingga enam bulan. Sementara mitra pemasok asal Belanda, FOGA Gum, Martijn Bergkamp, ​ memperkirakan stok hanya cukup untuk tiga hingga enam bulan.

Produksi global gum arabic adalah sekitar 120 ribu ton per tahun, atau senilai 1,1 miliar dolar AS.  Sebagian besar produk gum arabic ditemukan di daerah "gum belt" yang membentang sejauh 500 mil dari Timur ke Barat Afrika, termasuk di Ethiopia, Chad, Somalia dan Eritrea.

"Saat ini tidak mungkin untuk mendapatkan tambahan gum arabic dari bagian pedesaan Sudan karena kekacauan dan kendala di jalan," kata Mohamad Alnoor, yang menjalankan Gum Arabic USA, yang menjual produk tersebut kepada konsumen sebagai suplemen kesehatan.

Kerry Group dan pemasok lain, termasuk Swedia Gum Sudan, mengatakan sulit berkomunikasi dengan kontak di lapangan dan Port Sudan. Direktur Pelaksana Vijay Bros, importir yang berbasis di Mumbai, Jinesh Doshi, mengatakan, pemasok berupaya untuk mendapatkan kebutuhan karena konflik. 

"Baik pembeli dan penjual tidak tahu kapan keadaan akan normal kembali," ujar Doshi.

Pemilik AGP Innovation, yang merupakan pengekspor gum arabic, Alwaleed Ali, mengatakan, pelanggannya sedang mencari negara alternatif untuk sumber pasokan gum arabic.

PepsiCo menolak mengomentari masalah rantai pasokan dan komoditas. Sementara Coca-Cola tidak membalas permintaan komentar.

"Untuk perusahaan seperti Pepsi dan Coke, mereka tidak bisa eksis tanpa gum arabic dalam formulasi mereka," kata Direktur Pemasaran dan Pengembangan Agrigum, Dani Haddad, yang merupakan pemasok sepuluh besar global.

Dalam proses pembuatannya, perusahaan makanan dan minuman menggunakan gum arabic versi kering yang berbentuk seperti bubuk. Produsen kosmetik kemungkinan dapat menggunakan bahan pengganti. Namun tidak ada alternatif selain gum arabic dalam minuman bersoda, yang dapat mencegah pemisahan bahan.

Gum arabic telah dibebaskan dari sanksi AS terhadap Sudan sejak tahun 1990-an, karena merupakan komoditas penting maupun takut menciptakan pasar gelap. Pengembara Sudan menyadap permen karet berkerikil berwarna kuning dari pohon akasia, yang kemudian diolah dan dikemas di seluruh negeri.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement