Selasa 14 Mar 2023 11:54 WIB

Alasan Perbankan RI Tangguh Halau Dampak Kolapsnya SVB

Rendahnya koneksi bank-bank Indonesia terhadap SVB AS menjadi salah satu faktor.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
The Silicon Valley Bank logo is seen at an open branch in Pasadena, Calif., on Monday, March 13, 2023. The U.S. government announced a plan late Sunday meant to shore up the banking industry following the collapses of Silicon Valley Bank and Signature Bank since Friday. Regulators on Friday closed Silicon Valley Bank as investors withdrew billions of dollars from the bank in a matter of hours, marking the second-largest U.S. bank failure behind the 2008 failure of Washington Mutual.
Foto: AP Photo/Damian Dovarganes
The Silicon Valley Bank logo is seen at an open branch in Pasadena, Calif., on Monday, March 13, 2023. The U.S. government announced a plan late Sunday meant to shore up the banking industry following the collapses of Silicon Valley Bank and Signature Bank since Friday. Regulators on Friday closed Silicon Valley Bank as investors withdrew billions of dollars from the bank in a matter of hours, marking the second-largest U.S. bank failure behind the 2008 failure of Washington Mutual.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan, belum terlihat dampak dari kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) terhadap sektor keuangan atau perbankan Indonesia. Faisal menyebut, rendahnya tingkat koneksi bank-bank Indonesia terhadap SVB AS menjadi salah satu faktor utama. 

"Kondisi perbankan Indonesia sekarang relatif baik, dilihat dari kecukupan modal, likuiditas, dan tingkat keuntungan," ujar Faisal saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Selasa (14/3/2023).

Baca Juga

Dengan kinerja yang baik, Faisal menilai perbankan Indonesia bisa meminimalisasi dampak dari kolapsnya SVB AS. Ia mengatakan, pengambil kebijakan di AS juga memonitor secara intens kasus tersebut agar tidak berdampak sistemik terhadap sektor keuangan di AS.

"Jadi, ada mitigasi yang dilakukan di AS, lalu tingkat keterhubungan dengan sektor keuangan atau lembaga keuangan Indonesia relatif kecil dan kondisi sektor keuangan Indonesia, khususnya dari sisi performa relatif baik, terutama dari kecukupan modal," ujar Faisal.

Kendati begitu, Faisal menyarankan Indonesia tetap harus meningkatkan kewaspadaan dalam melihat kasus ini. Dengan sistem digitalisasi dan konektivitas yang saling terjalin antarnegara, membuat dampak SVB bisa saja seketika terasa bagi negara lain, termasuk Indonesia.

"Saya rasa tidak hanya perbankan, tetapi otoritas yang berwenang seperti OJK, BI, dan Kemenkeu harus betul-betul mengawasi dan melakukan langkah antisipatif, jangan sampai terdampak ke sektor keuangan kita," kata Faisal.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement