Selasa 14 Mar 2023 09:27 WIB

Dolar Melemah, Prospek Suku Bunga the Fed Naik Pudar Setelah SVB Runtuh

Dolar AS dinilai tak jadi instrumen safe-haven untuk saat ini.

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS (ilustrasi). Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa 14/3/2023 pagi WIB), karena pasar bertaruh Federal Reserve akan melambat jika tidak menghentikan kenaikan suku bunga untuk mengekang inflasi setelah otoritas AS bergerak guna membatasi dampak keruntuhan tiba-tiba Silicon Valley Bank.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS (ilustrasi). Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa 14/3/2023 pagi WIB), karena pasar bertaruh Federal Reserve akan melambat jika tidak menghentikan kenaikan suku bunga untuk mengekang inflasi setelah otoritas AS bergerak guna membatasi dampak keruntuhan tiba-tiba Silicon Valley Bank.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada akhir perdagangan Senin (Selasa 14/3/2023 pagi WIB), karena pasar bertaruh the Federal Reserve akan melambat jika tidak menghentikan kenaikan suku bunga untuk mengekang inflasi setelah otoritas AS bergerak guna membatasi dampak keruntuhan tiba-tiba Silicon Valley Bank.

Presiden AS Joe Biden mengatakan tindakan cepat pemerintah untuk memastikan deposan dapat mengakses dana mereka di Silicon Valley Bank (SVB) dan Signature Bank harus memberikan kepercayaan kepada orang Amerika bahwa sistem perbankan AS aman.

Baca Juga

The Fed pada Ahad (12/3/2023) mengumumkan akan menyediakan dana tambahan melalui Program Pendanaan Berjangka Bank Baru, yang akan menawarkan pinjaman hingga satu tahun kepada lembaga penyimpanan, yang didukung oleh Kementerian Keuangan AS dan aset lain yang dimiliki lembaga ini.

Dolar AS jatuh, dengan indeks dolar, ukuran greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, meluncur 0,59 persen karena imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek jatuh dan mengurangi pendorong utama kekuatan mata uang AS baru-baru ini.

Imbal hasil surat utang dua tahun anjlok 57,2 basis poin menjadi 4,016 persen dalam penurunan satu hari terbesar sejak jatuhnya pasar saham Black Monday tahun 1987.

"Terlepas dari sifat risiko finansial yang cukup signifikan dari perkembangan ini selama beberapa hari terakhir, kami benar-benar belum melihat tawaran untuk dolar dari sudut pandang safe-haven atau likuiditas," kata Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotiabank di Toronto.

"Ini sebagian besar merupakan cerminan pasar yang menilai ulang prospek suku bunga the Fed, setidaknya dalam sudut pandang jangka pendek," katanya pula.

Dana the Fed berjangka turun, dengan ekspektasi suku bunga terminal the Fed meluncur ke 3,84 persen pada Desember dari di atas 5,0 persen pekan lalu.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement