Selasa 28 Feb 2023 16:52 WIB

Sudah Memadai, Gubernur BI Nyatakan Suku Bunga Acuan tak Perlu Naik Lagi

Kenaikan suku bunga 225 bps sejak Agustus 2022 sudah memadai atasi inflasi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Friska Yolandha
Petugas menghitung uang dolar AS di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (21/7/2022). Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, tidak perlu menaikkan suku bunga acuan lagi.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Petugas menghitung uang dolar AS di BNI KC Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (21/7/2022). Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, tidak perlu menaikkan suku bunga acuan lagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, tidak perlu menaikkan suku bunga acuan lagi. Ia menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan sebesar 225 basis poin (bps) sejak Agustus 2022 cukup untuk mengatasi inflasi sampai akhir 2023.

“Kenapa kami memutuskan mengatakan itu memadai, karena pertimbangan untuk memastikan tingkat inflasi kembali ke target,” ujar Perry dalam Economic Outlook 2023 di Jakarta, Selasa (28/2/2023).

Baca Juga

Dirinya memperkirakan, inflasi inti akan tetap terjaga di bawah empat persen pada semester pertama 2023. Lalu Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) akan kembali ke tingkat di bawah empat persen pada semester kedua 2023. Maka kenaikan suku bunga dinilai tidak perlu lagi.

Pada Rapat Dewan Gubernur Februari 2023 memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 5,75 persen. Ia mengatakan, keputusan tersebut tetap konsisten dengan stance kebijakan moneter yang preemptive dan forward looking guna memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi ke depan.

Pada Januari 2023, laju inflasi tercatat terus turun menjadi sebesar 0,34 persen secara bulanan. Lalu secara tahunan sebesar 5,28 persen.

Sebelumnya, Perry menegaskan, BI sudah menentukan arah kebijakan pada tahun ini. Arah kebijakan pada 2023 dinilai tidak akan jauh berbeda dengan strategi tahun lalu.

"Arah kebijakan kami sangat jelas. Dalam masa tahun lalu dan tahun ini, instrumen moneter kami adalah prostability, tetap konsisten," tegasnya.

Sementara bagi instrumen makroprudensial, sistem pembayaran, pasar uang, inklusi ekonomi, ekonomi hijau, dan keuangan syariah adalah progrowth. Perry menegaskan, kebijakan moneter diarahkan segera menurunkan inflasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement